Senin, 11 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

ULURAN TANGAN BUAT SI KUMAL

Oleh : Hariya

Siang ini terasa sangat terik. Matahari bersinar begitu dekat dengan bumi, membuat peluh menetes tanpa henti. Di sudut-sudut kota ini banyak yang tersiksa karenanya. Mungkin bagi orang-orang yang bekerja di bawah kipasan AC tidak begitu merasakan perihnya sinar mentari. Tetapi bagi para buruh dan petani sebagai pekerja lapangan, sinar mentari ini bagaikan jarum yang menusuk setiap senti kulit mereka.

Begitu juga dengan beberapa anak kecil yang berlari-lari mengejar kendaraan yang berhenti ketika lampu merah. Mereka berebutan memainkan musik khas mereka, sebagian lagi dari mereka mengulurkan tangan siap menerima belas kasihan para pengguna jalan. Setelah klakson panjang bergantian memekakan telinga, mereka pun kembali berteduh di tepi jalan. Kembali menanti datangnya lampu merah. Mereka seperti tak peduli dengan tatapan orang-orang pada mereka. Mereka hanya peduli pada perut mereka yang mesti di isi. Bahkan mereka mengacuhkan keterikan sinar matahari yang membakar kulit muda mereka.

Ista (bukan nama sebenarnya), melajukan kendaraannya melewati jembatan tol. Sore ini dia membantu anak-anak belajar di bawah sana. Setiap kamis dia memang mengkhususkan dirinya untuk mengajar anak-anak yang tidak mampu. Dengan dibantu peralatan sederhana, dia berusaha agar anak-anak itu tidak tertinggal pelajaran seperti anak-anak seusia mereka pada umumnya. Setidaknya dia akan membuat anak-anak itu tidak buta huruf dan mengenal hitungan.

Saat melihat Ista datang anak-anak yang telah menunggu segera menyambutnya girang. Mereka sepertinya tidak sabar untuk memulai pelajaran hari itu. Dengan bersemangat Ista pun mulai memberi pelajaran membaca pada mereka. Mereka pun dengan antusias berlomba menampilkan kemampuan mereka. Sore itu mungkin menjadi sore yang begitu indah untuk anak-anak jalanan itu. Apalagi Ista mengatakan dirinya akan menambah jadwal mengajar untuk mereka.

“mereka bukanlah orang-orang yang tidak layak untuk mengecap pendidikan, saya kasihan kalau mereka diteriaki atau diusir karena memasuki kawasan sekolah hanya untuk mengikuti pelajaran dari luar. Mereka juga pastinya sangat iri pada teman-teman sebaya mereka yang duduk di dalam kelas. Jadi, sejak dua tahun yang lalu saya mengumpulkan mereka dan mengajak mereka belajar. selain itu, mereka juga harus berjanji pada saya untuk tidak mengemis lagi. Jadi, kalau kedapatan saya mereka sedang mengemis, pasti akan saya hukum. Karena bagi saya mengemis itu adalah pekerjaan orang-orang malas. Mereka adalah anak-anak muda, regenerasi bangsa ini, mereka tidak boleh dididik dengan kemalasan.” Ista bercerita padaku senja itu, sepulangnya dari mengajar anak-anak.

Mengajar anak-anak jalanan bagi Ista sendiri adalah satu di antara banyak cara untuk mengurangi kemiskinan di bidang pendidikan di kota Pontianak ini. Menurutnya, jika harus menunggu uluran tangan pemerintah, maka anak-anak itu mungkin tidak akan pernah tahu huruf dan angka sampai mereka tua. Ista juga tidak hanya sekedar mengurangi kemiskinan pendidikan, dia juga sedang mengurangi kemalasan manusia, yaitu mengemis.

“saya tidak pernah merasa iba pada pengemis-pengemis di jalanan, apalagi jika pengemisnya adalah pria yang masih berada di usia produktif. Mereka sebenarnya bisa mengerjakan sesuatu asal mereka tidak menyerah dan memiliki kemauan. Saya juga sering melihat kakek atau nenek-nenek yang jualan, yang mendorong gerobak es, sol sepatu, atau lainnya. Ternyata mereka mampu untuk melakukan itu semua, mereka tidak harus mengemis untuk makan. Saya lebih kasihan dan kagum pada orang-orang seperti itu.” Tambah Ista lebih lebar lagi.

Ista sering menangkap basah para pengemis di jalan ketika pulang dijemput dengan kendaraan bermotor. Ista semakin marah, karena adanya oknum-oknum yang memang sengaja memanfaatkan kelemahan orang lain seperti cacat fisik dan tua renta untuk mendapatkan uang. Ista hanya berharap pemerintah tidak hanya sekedar menangkap para pengemis dan menertibkan kondisi jalan, tetapi mampu memberikan lapangan pekerjaan. Ista merasa yakin para pengemis itu akan berhenti mengemis jika adanya lapangan pekerjaan bagi mereka. Tetapi tetap saja, Ista tidak menaruh harapan yang tinggi pada pemerintah.

“Selama ini yang banyak terlihat adalah masyarakat yang mempekerjakan atau memberikan bantuan pada anak jalanan ketimbang pemerintah. Pemerintah masih belum membuktikan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah ini.” Tutupnya mengakhiri cerita. (obx)

0 komentar:

Posting Komentar