Selasa, 05 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Ketangguhan Seorang Kasir Lamongan

Oleh : Suci Wahdaniah

Siang itu matahari terik menyengat kulit. Panas, membuat kulit Ica terbakar sepanjang perjalanan menuju tempat kerja. Ya…kampus, tempat kerja, kampus, tempat kerja, begitulah Ica menghabiskan waktunya sepanjang semester tiga. Ica bekerja di Lamongan milik tanteku sebagai kasir dan terkadang dia juga membantu membuat air untuk para pembeli serta membantu membersihkan meja setelah pembeli selesai menikmati makanan dari Lamongan itu.

Pekerjaannya ini membuat ia belajar untuk mengatur keuangan dan lebih pintar untuk menghitung. Selain itu, ia juga belajar mengenai manajemen waktu, banyak pelajaran dari bekerja di Lamongan. Sempat suatu hari ia dimahari oleh tanteku, pemilik Lamongan itu dikarenakan ia terlambat lima menit….ya….hanya sepuluh menit perjalanan. Sepuluh menit berarti gajinya dipotong sebanyak Rp 1.000 bayangkan saja jika dalam sebulan ia terlambat sebanyak 20 kali dalam waktu yang sama berapa banyak gajinya yang akan dipotong. Ica belajar lagi tentang kedisiplinan. Membuatnya harus dapat membagi waktu dan merencanakannya dengan baik.

Pernah pada suatu hari ia terjebak pada situasi yang sulit. Mata kuliahnya begitu padat untuk suatu waktu dan benar-benar padat. Disaat yang bersamaan ia juga mendapatkan sms dari tanteku untuk segera pergi ke Lamongan karena pengunjung begitu ramai dan sedikit tenaga yang membantu di sana dengan alasan sebagian pegawai ada yang pulang kampung dan berhenti bekerja. Pikirannya kacau, pilihan yang berat, di satu sisi ia tidak mungkin meninggalkan perkuliahannya dan di sisi lain ia juga tidak mau pekerjaannya sebagai kasir hilang dalam genggaman karena ia butuh biaya untuk kehidupan sehari-harinya.

Suasana bertambah kacau saat teman-temannya mengajak untuk mengerjakan tugas sebagai bahan presentasi besok. Kacau…kacau…kacau….pikirannya mulai pusing tujuh keliling. ”Apa yang harus aku lakukan ???” (gumam Ica dalam hatinya). Ia bingung! Ia pun mencoba untuk menenangkan diri dan mencari cara untuk keluar dari masalah ini. Handphonenya bergetar dan dilihatnya ternyata sepuluh pesan singkat masuk dalam kotak masuk di handphonenya dan seperti dugaannya pemilik Lamongan itu alias tanteku yang mengirim pesan itu dengan isi yang sama menyuruhnya untuk segera pergi ke Lamongan. Dilihatnya jadwal perkuliahan yang ada di bindernya itu. Tersisa satu mata kuliah lagi, tak lama kemudian, entah mukjizat darimana ataukah Allah mendengar doanya, dosen yang mengampu mata kuliah terakhir itu tidak dapat mengajar karena harus menguji mahasiswa. Tak berbasa basi lagi segera ia kerahkan tenaga berlari sekencang kuda menuju parkiran dan langsung pergi ke Lamongan. Sedikit omelan dari pemilik Lamongan tak lantas membuatnya marah. Ia hanya tersenyum dan memikirkan apa yang ia alami hari ini. Sungguh menegangkan dan membuat detak jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.

Setelah pulang dari bekerja di Lamongan dan beristirahat sebentar di rumah, ia pun langsung pergi lagi menuju rumah Dewi tempat ia bertemu dengan teman-teman kuliahnya untuk mengerjakan tugas bahan presentasi besok pagi. Walaupun ia telat sekitar satu jam, tetapi teman-temannya itu tak pernah mengeluh. Mereka telah menerima Ica apa adanya dan mengetahui apa yang Ica alami hari ini karena tak ada rahasia di antara mereka. Mereka semua menyambut Ica dengan senyum ikhlas, terlihat dari wajah mereka. Senyuman yang membuat Ica menghilangkan segala kemarahannya dan semua keletihannya sepanjang hari ini.

Begitulah setiap harinya rutinitas pekerjaan seorang mahasiswa dan juga sebagai kasir Lamongan. Memang tidak mudah mencari uang untuk diri sendiri dan hal itu telah Ica rasakan. Sekarang Ica telah menginjak semester lima dan pekerjaannya sebagai kasir di Lamongan harus rela ia lepaskan karena ia harus lebih berpikir bijak demi masa depannya. Ica berpikir pekerjaan mungkin akan sementara untuk mencari dan menambah pengalaman. Tetapi kuliah saat ini harus menjadi prioritasnya karena hal ini menyangkut masa depan dan cita-citanya.

Ia bersyukur karena bekerja di Lamongan memberikan banyak arti dalam hidup ini. Selain membuatnya belajar akan pengorbanan orangtua kepada kita, Ica juga belajar untuk terus berusaha sebaik mungkin dalam membagi waktu antara perkuliahan dan pekerjaan. Semoga pengalaman baik dari seorang kasir Lamongan ini dapat kuterapkan dalam kehidupan sehari-hariku. Mewujudkan mimpi orangtuaku merupakan pengharapan terbesar di dalam hidup ini.

0 komentar:

Posting Komentar