Senin, 11 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

SENYUM TERAKHIR

Oleh: Matius Satjiki

Jumat (8/4/2011) Pukul 8:23 WIB, HP berdering kencang, mata yang masih terpejam berusaha mencari bunyi nyaring yang ada di atas kepalaku. Dengan perlahan mataku milai tersedikit terbuka walaupun masih sedikit memaksa, perlahanku angkat HP yang berdering terus, akupun tersentak, terdiam dan tidak menjawab. Mata yang masih kering, sudah terbuka dan tidak berkedip meneteskan air yang berwarna bening.

Pagi itu cuaca sangat cerah, udaranyapun begitu dingin, jadi aku putuskan untuk bangun agak siang apalagi semalam ngembun bersama satpam dan hari jumatpun aku tidak ada kuliah. Sekitar jam 8:23 WIB HP BBku berdering terus menerus, meskipun aku mendengar suara deringan yang yang terus menerus berbunyi, tapi rasanya begitu enggan untuk mengangkatnya apalagi dengan mata yang masih terpejam dan masih sangat ngantuk. HP berdering tersus memaksaku untuk mengangkatnya, dengat mata yang masih teerpejam aku mulai berlahan-lahan membuka mataku, meraba pipiku, menggelengkan kepalaku dan barulah aku mengangkat HP yang masih berdering sejak tadi. Perlahan aku mengangkat dan menjawab halooo………. Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan, mata yang tadi masih mengtuk tiba-tiba enggan untuk berkedip lagi, aku terdiam dan merasa sangat sesak. Cuaca yang tadinya cerah terlihat mendung bagiku.

Mataku meneteskan air yang berwarna bening, semuanya terasa hampa, benar-benar hampa, kusandarkan badanku yang masih lemah kedinding, kupejamkan mataku dengan air jingga yang terus menerus mengalir, dan tanpa berpikir lagi aku cuci mukaku dan dengan bergegas aku ke Rumah Sakit Antonius. Setibanya di sana aku melihat paman, bibik, dan sepupuku semuanya terdiam, tidak ada yang berbicara hanya air jingga yang bisa menjawab kedatanganku, air matakupun jatuh, bukan karena aku marah kerena tidak ada satupun yang mahu berbicara kepadaku, karena sosok yang yang terbujur kaku yang sudah tidak bisa menjawab pertanyaanku. Kek………, kakek kenapa? Kenapa kakek diam? Ayooo jawab kek? Aku terus bertanya sambil meneteskan air mata. Sepupuku mulai merengkul melihat aku yang terus bernya dengan sosok yang sudah terbujur kaku, aku tidak bisa menerima semua kenyataan yang baru saja aku alami, padahal liburan yang lalu dia masih bisa tersenyum setiap kali aku menyuruhnya untuk bercerita.

Dua hari sebelum meninggal, Dokter telah mengatakan kepada kami bahwa magh yang diderita almarhum kakekku (Stepanus) telah kronis akibatnya lambung almarhum bocor dan harus dioperasi sesegera mungkin. Semalam setelah operasi almarhum belum sadarkan diri, persaan cemas terus menghantui kami. Sekitar pukul 5:30 dokter mengabarkan kepada bibik dan paman yang sedang berada di hostel bahwa kakak telah tiada. Paman pun lansung menelpon semua keluarga termasuk aku, 10 kali panggilan tak terjawab dari paman.

Sekitar pukul 9:45 WIB bibikku yang paling bungsu baru berangkat dari Jogja menuju Pontianak. Sambil menunggu kedatangan bibik, kami mencarikan peti yang sesuai dengan almarhum kakek. Ketika melihat peti yang tersesun dengan rapi, dengan berbagi bentuk dan corak warna akupun berpikir kelak kita semua akan dicarikan peti seperti saat kita mencarikan peti. Sekitar sejam kemudian bibikpun sampai, suara tangispun mulai terdengar dan air matapun mulai tidak terbendung lagi, saat hening tadi berubah menjadi saura tangis yang memilukan.

Saat almarhum kakek dimasukan ke dalam peti, aku memegang kakinya, kaki yang sudah terbujur kaku dan begitu dingin. Saat petinya mahu dimasukan ke dalam ambulance, aku berusaha ikut mengangkat peti yang berwarna puti yang bertuliskan “ Setiap Orang Yang Percaya Kepadaku Dia Akan Bangkit” karena hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya. Detik-detik keberangkatan ambulance yang akan membawa almarhum ke Merakai membuatku sadar bahwa semua orang yang hidup di bumi ini harus siap kapanpun jika dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Kepergianmu dari duniaku menyisakan kenagan yang begitu berarti bagiku, banyak hal yang telah kau ajarkan kepadaku, aku tidak akan bisa membalas segalanya darimu hanya doa ku yang akan mengiringi langkahmu. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar