Selasa, 05 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Antok, sii Penjantan Tangguh…

Oleh: Fitri Heryani Widyartika

Antokk…..

Begitu biasanya teman-teman sekantor memanggilnya..

Tubuhnya besar, badanya yang gelap memantulkan cahaya tersendiri, mengkilap karna cahaya matahari..

Ia memiliki seorang istri dan 3 orang anak. Anak yang pertama duduk di bangku SMP kelas 3. Anak yang kedua berumur 5 tahun dan yang ketiga berumur 3 tahun. Dan saat ini istrinya mengandung lagi anak yang ke 4.

Antok bekerja di sebuah perusahaan swasta. Selama 12 tahun ia bekerja, namun tetap saja tidak ada perubahan. Ia hanya menjadi seorang buruh di pabrik itu. Tidak ada pilihan lagi baginya. Dengan tekunnya ia bekerja di peruhasaan itu. Dengan penghasilan sebulan yang tidak cukup untuk kehidupannya, membuat Antok harus mencari uang tambahan.

Sebuah keluarga yang sangat sederhana, ekonomi yang selalu menuntut untuk kesehari-hariannya membuat Antok harus bekerja lebih ekstra. Tidak perduli dinginnya malam yang menusuk tulang, disaat semua orang telah terlelap dan terbuai oleh mimpi ia harus bangun mencari uang tambahan walaupun hanya menjadi tukang ojek, baginya tidak masalah karena itu adalah pekerjaan yang halal.

Keluarga yang sangat soleh, takwa kepada Sang Pencipta. Sholat 5 waktu yang tidak pernah di tinggalkannya, karena sholat adalah tiang agama. Selesai sholat tidak henti-hentinya ia memohon rahmat kepada sang pencipta, meminta dimudahkan rezekinya untuk menghidupi keluarganya.

Namun, musibah menimpa dirinya. Ketika jam istirahat Antok diminta membeli makan siang oleh bos nya. Ia pun pergi ke sebuah rumah makan padang. Ia membeli beberapa bungkus nasi untuk karyawan yang bekerja di perusahaan itu. Ketika dalam perjalanan kembali menuju kantor, terlihat sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi dan menabraknya..

Bruuuak…..

Antok pun terlempar beberapa meter dari tempatnya semula. Ia terbaring beralaskan aspal, dengan darah yang keluar dari pelepis matanya. Antok pun segera di bawa ke rumah sakit, untuk mendapat pengobatan. Musibah yang menimpanya tidak hanya sampai disitu saja, ia mengalami luka-luka yang cukup parah di sekita kaki dan tangannya.

Keluarga Antok sangat terkejut mendengar berita itu. Istrinya menangis tersedu-sedu. Bingung harus bagaimana yang ia lakukan. Ia hanya bisa berdo’a untuk kesembuhan suaminya.

Ketika sang fajar hampir tebenam, Antok pun datang dengan menggunakan sebuah tongkat di tangan kanannya. Di sambut dengan duka istrinya yang terkejut melihat keadaannya. Untuk bebarapa hari ia tidak dapat kerja. Dan untuk beberapa hari juga ia tidak menerima gaji, karena gaji yang di terimanya menggunakan sistem perhari.

Antok tidak hanya bisa diam melihat keadaannya seperti itu, secara terus menerus. Uang simpanannya pun sudah mulai menipis. Walaupun keadaannya tidak memungkinkan untuk bekerja, namun ia tetap bekerja untuk memenuhi kehidupannya sehari-harinya.

***

Oleh karena itu, pesan yang dapat di ambil dari cerita ini adalah, dalam keadaan apapun kita harus selalu ingat kepada sang pencipta, karena hanya kepada-Nya tempat kita mengadu dan memohon. Sebagai oragtua Antok sudah bertanggung jawab untuk anak-anaknya. Ia tetap bekerja keras untuk memenuhi kehidupan keluarganya

0 komentar:

Posting Komentar