Selasa, 05 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil

Oleh: Matius Satjiki

Hidup di daerah terpencil yang jauh dari keramaian, jauh dari huburan, tidak ada sinyal HP, tidak ada listrik, tidak ada jalan negara, perumahan guru yang bisa dibilang sudah tidak layak untuk ditempati, karena atapnya yang sudah bocor, dinding yang sudah lapuk, dan jauh dari sanak keluarga.

Daerah terpencil identik sekali dengan tempat-tempat yang masih alami, hutan yang masih hijau, berbgai macam tumbuh-tunbuhan dan hewan, terasing dari keramaian, tidak ada listrik, tidak ada senyal, tempatnya sangat jauh dari kota, dan untuk sampai ketempat tersebut membutuhkan waktu berjam-jam dan menghadpi medan yang berat dengan berjalan kaki.

Nasip seperti itu dirasakan oleh seorang guru yang tinggal di daerah yang terpencil, sebut saja Riang, seorang guru SD yang yang mengapdikan dirinya di SD N 07 Lubuk Nibung Desa Swadaya Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang. Demi mengapdikan dirinya kepada negara, guru yang sudah 6 tahun ini mengajar di SD N 07 Lubuk Nibung Desa Swadaya Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang ini rela tinggal di sebuah perumahan guru yang sudak tidak layak lagi untuk ditempati, jika malam tiba kesejukan angin malam pun mulai menusuk-nusuk kedalam tulang, keindahan bintang yang bertaburan pun mulai menampakan sinarnya dan jika langit sudah mulai mendung hujanpun turun, semuanya berubah menjadi mimpi buruk yang terus-terus menghantui, hanya sepotong tikar saja yang menjadi alas tempatku sejenak terdiam sambil berpikir, kapan hujan akan berakhir?.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun terus saja dilewati oleh guru yang sudah mengapdikan dirinya selama 6 tahun di SD yang terpencil di daerah Sintang ini. Selama 6 tahun tinggal di pedalaman, jarang sekali dia (Riang) pergi ke sanak keluarganya ataupun pergi ke kota, hanya libur kenaikan kelas dan libur tahun baru saja dia pulang ketempat sanak seluarga yang tinggal di Kecamatannya. Untuk sampai kekecamatannya saja memerlukan biaya sekitar Rp 300.000; dan harus melewati arum jeram yang sangat membahayakan jiwa dan jika berjalan kaki harus menempuh jarak sekitar 6 jam dan melewati beberapa dusun, itupun jika berjalan cepat dan hanya sebentar-sebentar saja singgah. Sungguh hal yang sangat jauh dari perkiraan orang ramai, bahwa pekerjaan menjadi seorang guru bukanlah suatu propesi yang mudah, banyak sekali segala rintangan, cobaan yang terus menghampiri.

Hidup didarah terpencil bagi sebagaian orang adalah hal yang sangat menakutkan apalagi bagi orang yang terbiasa tingggal di kota, karena menurut dia hanya hal yang negataif saja yang ada dipikirannya, tanpa pernah berpirir untuk melihat dari segi positifnya. Selama saya tinggal di Lubuk Nibung ini kata (Riang), banyak sekali hal yang saya pelajari, saya dapat mengenal masyarakat yang ada di daerah ini dengan baik, saya bangga bisa mengapdikan diri saya di SD ini, saya dapat menegenal lebih banyak lagi budaya yang ada di daerah ini dan yang terpenting saya dapat mengapdikan diri saya sampai waktu yang tidak bisa saya tentukan.

Hidup didaerah terpencil memang menyisakan berbagai masalah yang harus dihadapi oleh guru-guru, mulai dari tempat yang sulit untuk didatangi, sampai fasilitas yang tersedia untuk guru-guru yang tinggal di daerah terpencil. Hal ini sangat bisa dimaklumi, mengapa guru di pedalaman sangat kurang, itu yang saya rasakan sekarang ini begitu sulit menghubungi kelurga yang jauh dari tempat tugas, begitu juga jika ada pertemuan di Kecamatan, sudah selesai kegiatan baru surat sampai ke tangan kami. Sungguh sesuatu yang sangat sulit untuk dihadi, bagi kami yang tinggal didarah terpencil, tapi memang itulah kenyataannya.

Sekarang saya (Riang), sudah tidak peduli lagi dengan apa yang harus saya hadapi, meski saya harus tinggal di rumah yang bocor, menempuh jarak puluhan kilometer, jauh dari keramaian, yang terpenting saya bisa mengapdikan diri saya pada masyarakat yang tinggl didaerah itu. Jika semua guru takut tinggal di daerah terpencil, lalu siapa lagi yang akan mendidik anak-anak yang ada di daerah tersebut?. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan, termasuk anak-anak yang tinggal didaerah terpencil, begitu juga dengan guru-guru yang menggapdikan diri mereka di daerah terpencil, mereka layak mendapatkan apa yang di dapatkan guru-guru yang tinggal di kota, segala fasilitas sekolah maupun segala fasilitas guru termasuk rumah. Memang benar kata pepatah bahwa guru itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa.

0 komentar:

Posting Komentar