Minggu, 13 Maret 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Jeritan dalam Kelangkaan

Mujito (50) terpaksa harus datang terlambat untuk mengajar karena terjebak dalam antrean BBM di SPBU di Jalan Gusti Hamzah. “Mobilisasi masyarakat Pontianak terkendala BBM langka.” Aktivitas warga nyaris lumpuh. Kalau pun ada BBM di kios harganya selangit. Bahkan bensin perliter menembus Rp15.000, 00. Warga resah dan panik memikirkan apakah hari esok BBM ada untuk melakukan aktivitas harian.

D

emikian dikatakan guru Sekolah Dasar SDN 07 Kota Pontianak, Mujito (50). Jumat (11/3) di stasiun pengisian bahan bakar umum di Jalan Gusti Hamzah ia mengantre dari pukul 04.00, berharap ia tidak terjebak antrean panjang dan dapat mengajar tanpa datang terlambat. Sesampai disana terlihat antrean sudah panjang, ternyata tak hanya dirinya yang rela melawan kantuk untuk mendapatkan BBM. Demi menghindari harga BBM yang melambung tinggi di kaki lima, ia tetap masuk dalam antrean meskipun SPBU tersebut masih belum dibuka dan terpampang papan bertuliskan “Premium Habis”, “Pertamax Habis”, “Solar Habis”.


“Biasanya mobil tanki Pertamina datang untuk menyuplai BBM pada pukul 09.00. Jadi, karena kondisi bensin di motor saya benar-benar kosong saya tetap harus menunggu.” kata Mujito. Sungguh ironis melihat kondisi warga Pontianak diakhir bulan Februari hingga masuk ke awal bulan Maret ini. Selain sudah dibebani harga sembako yang merangkak naik, kini mereka harus menghadapi gangguan dalam menjalani aktivitas. Para guru terpaksa terlambat ke sekolah akibat kehabisan bensin. Para PNS telat absen karena harus mengantre BBM di SPBU. Belum lagi para karyawan swasta dan masyarakat pekerja mengeluh aktivitas tida maksimal. Bahkan bus-bus maupun oplet terhambat beroperasi gara-gara panjangnya antrean kendaraan di SPBU.

Pemandangan antrean panjang dari berbagai jenis kendaraan di tiap-tiap area SPBU menjadi pemandangan yang biasa. Kemacetan di tiap pagi, siang, sore hingga di malam hari tidak dapat dihindarkan lagi. Desingan suara clackson baik dari mobil maupun dari motor menjadi teman mengantre di tepi jalan. Melihat orang mendorong sepeda motor bukan pemandangan langka akhir-akhir ini. Belum lagi polusi udara yang semakin parah yang disertai pula dengan kondisi kota Pontianak yang sudah cukup lama tidak diguyur hujan. Cuaca panas dan antrean panjang dapat memicu emosi warga sehingga ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Polisi pun akhirnya ikut menjaga dan mengatur antrean.

Pedagang kaki lima langsung tanggap dan cerdik menyikapi masalah BBM langka ini. Tak jarang, mereka yang semula tidak membuka usaha kios bensin, mendadak turun di pinggir jalan seraya membawa sebuah kursi dan dengan meletakkan beberapa dirigen berisikan bensin tepat di samping tempat mereka duduk. Mereka menaikkan harga eceran bensin dari yang biasanya Rp 5000,00 perliter menjadi Rp 10.000, 00 hingga Rp 15.000, 00 perliternya. Bagi warga yang memiliki uang lebih dan malas untu menghadapi situasi antrean panjang maka akan menjadi sasaran empuk bagi pedagang bensin eceran kala itu.

Sementara itu, Dedek Rosyyanto (25), warga Pontianak yang pada saat itu akan melakukan perjalanan jauh ke arah sosok mengaku lelah. Ia mengantre dari pukul 08.00 di SPBU di Jalan Husein Hamzah (SPBU di Pal V) yang tidak jauh dari tempat ia tinggal, baru pukul 12.00 dapat BBM. “Itu pun dibatasi roda dua maksimal dua liter dan roda empat 20 liter,” katanya. Kalau pun warga ingin beralih ke kios, mereka harus merogoh kocek cukup dalam. Maklum harga bensin mencapai Rp15.000 per liter.

Warga miskin semakin menjerit, para penimbun minyak justru terbahak-bahak. Masalah ini tak dapat didiamkan begitu saja. Pemerintah hendaknya bersikap tegas dalam menyikapi hal ini, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan cara pemerintah kota Pontianak beserta aparat penegak hukum lainya melakukan penetapan harga eceran tertinggi (HET) bagi premium di tingkat kios. Seperti yang dilakukan di Ketapang, Sintang, dan Mempawah, sehingga harga premium tak melonjak tinggi. Pemerintah Kota Pontianak hendaknya juga melakukan penertiban terhadap kios-kios dadakan.

Selain itu Pemerintah Kota Pontianak juga dapat meyurati pihak SPBU agar dalam mengelola pendistribusian ke pembeli harus diawasi secara ketat dan selektif. Hal itu dikarenakan adanya keluhan dari masyarakat bahwa ada oknum teretentu yang rela mengantri berkali-kali agar dapat meraup keuntungannya sendiri. Jadi, pihak SPBU diharapkan dapat mengenali si pembeli dan tak melayani apabila pembeli tersebut sampai dua atau tiga kali melakukan pengisian di SPBU.

Berbagai spekulasi mulai terdengar dikalangan masyarakat. Ada yang mengatakan, namun tidak jelas asal-muasalanya bahwa pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus sengaja melakukan penimbunan minyak dan ada pula yang mengatakan tersendatnya penyuplaian minyak ke tiap-tiap SPBU dikarenakan kapal tanki yang mengangkut minyak terpaksa terhambat karena air Sungai Kapuas sedang surut.

Sales Representative Retail Wilayah VI Pertamina Kalbar John Haidir mengatakan, kelangkaan BBM yang terjadi saat ini merupakan efek domino dari peristiwa tenggelamnya kapal Rahmatia Sentosa di alur Sungai Kapuas, meski sejak Sabtu lalu kapal tersebut telah bergeser 18 meter dari lokasi tenggelamnya. Sales Area Manajer Pertamina Kalbar Ibnu Chouldum mengatakan, sudah meminta agar pengelola SPBU menambah jam operasional untuk mengatasi antrean tersebut. ”Kami sudah berkoordinasi dengan polisi bahwa BBM akan disuplai hingga malam hari,” kata Ibnu Chouldum. Ia melanjutkan, masing-masing SPBU akan dipasok terus dengan mobil tangki berkapasitas delapan kiloliter dan 16 kiloliter. Sementara kebutuhan bahan bakar jenis solar di wilayah Kalbar mencapai 650 kiloliter, sedangkan premium 8.000-9.000 kiloliter.

Pihak Pertamina Pusat pun memberikan tanggapannya yang dikutip dari Rani Hardjanti-Okezone. Kamis (10/3) Jakarta- PT Pertamina (Persero) mengimbau warga untuk tidak panik dan membeli BBM secara berlebihan. Imbauan ini lantaran adanya kelangkaan BBM di sejumlah wilayah. "Pertamina telah menambah pasokan BBM melebihi rata-rata kebutuhan saat kondisi normal.". Jika membutuhkan informasi atau hendak melaporkan temuan penyalahgunaan, Pertamina meminta masyarakat untuk menghubungi Pertamina di nomor telepon 500 000. Menurut data Pertamina, kondisi stok BBM nasional saat ini sangat cukup untuk ketahanan 23 hari dan akan terus ditambah. Stok premium berada pada posisi aman untuk 18 hari, Minyak Tanah 54 hari dan solar 21 hari. Sedangkan stok Bahan Bakar Khusus seperti Pertamax sangat tersedia untuk 66 hari dan Pertamax Plus untuk 91 hari. Jadi, bagi masyarakat dihimbau untuk tidak terlalu panik.


Dedek Kurniawati

0 komentar:

Posting Komentar