Sabtu, 14 Mei 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Perjuangan Tim Perintis Aseg Gamaska

Oleh: Raymundus Wendi

Deringan suara panggilan itu berkali-kali terdengar memecah kesunyian subuh kala itu. Lagu Unholy Confenssions yang dipopulerkan band Avenged Seven Fold yang menjadi nada dering panggilanku terdengar begitu keras, namun tak juga membuat kedua bola mataku beranjak untuk bangun. Suasana dingin dan memang sangat pas untuk kembali menarik selimut , subuh itu membuat aku lupa akan apa yang telah disepakati tadi malam. Tiba-tiba saja secara samar-samar dalam tidurku, aku teringat kalau hari ini aku akan berangkat untuk survey kegiatan di Bengkayang. Kesamar-samaran itu memaksaku terbangun. Kuambil HP-ku yang ada di atas kepalaku, 5 miised called, 4 message. Buru-buru ku kembalikan ke layar awal agar dapat melihat waku, ternyata sekarang sudah pukul 05.30, padahal kesepakatan semalam kami berangkat pukul 04.00. Dengan sangat buru-buru, aku bangun lalu membaca pesan yang masuk,

“woi bangun gi….,”

“ jadi berangkat dak?”

“cepatlah, abang dah siap-siap ne…,”

“abang tunggu di Pinyuh jag.”

Itulah pesan yang dari tadi pagi aku hiraukan. Wah kalo kayak gini pasti kebut-kebutan dijalan pikirku. Segeraku ambil handuk untuk madi, terasa sangat tak bersahabat air kurasakan, dingin sekali. Wajar saja suasana begitu dingin, semalamkan hujan. Setelah selesai berkemas, aku menelpon teman yang rencananya akan ikut denganku, Amandus namanya.

“de’, udah dimana, abang mau berangkat ne”

“Aku dah di tugu katulistiwa bang, aku tunggu di warung depan tugu”, katanya.

Ternyata ia juga memang telah lama menunggguku, hendak marah tak bisa, karna mungkin dia merasa masih juniorku..haha. Ternyata pasal yang berbunyi senior tak pernah salah itu memang menyenangkan. Buru-buru kupacu kuda besiku menuju Siantan, menjemput juniorku karena memang dia punya rumah letaknya di Siantan. Setelah bertemu dengannya kusuruh dia yang mengendarai, aku lebih suka duduk ngantuk dibelakang waktu itu karena memang mataku tak bisa diajak kompromi, dari pada ambil resiko, lebih baik suruh dia saja yang menunggangi Vega R, biruku itu.

Perjalanan masih sangat jauh, tujuan kami adalah kota Bengkayang, karena disanalah kami akan berurusan dengan pejabat-pejabat yang mempunyai wewenang untuk mengizinkan kegiatan kami itu. Sesekali kami singgah untuk mengistirahatkan motor dan melepas kelelahan serta memeberikan kesegaran mata dengan segelas kopi ditemani 2-3 batang U-mild, mantap rasanya. Selesai menikmati beberapa batang rokok dan segelas kopi kami melanjutkan perjalanan. Berusaha mengejar bang Yus dan Ana yang telah duluan, namun apalah daya motor kami hanyalah Vega R dibandingkan motor dia yang poswan (entah cam mana tulisannya), ditambah gaya dan skill dia membawa motor yang macam kesetan makin tak terkejarlah dia. Berulang kali ditelepon dan sms tak dibalas dan terkadang tak masuk karena tak ada sinyal.

“ Mereka dah nyampe Tunang kali, disanakan dak ada sinyal”, kata amandus padaku.

“Ya udahlah kita santai jag, usah ngebut-ngebut,dikejar pun mana mampu” kataku agar Amandus mengurangi kecepatan motornya.

Sebelum lanjut lebih jauh, hari keberangkatan kami itu adalah hari kedelapan dibulan juni 2010, kegiatan tersebut dilaksanakan di sebuah desa yang berada di daerah perbatasan dengan Negara tetangga kita, desa tersebut bernama desa Sungai Biang, namun biasa juga disebut desa Tadan yang terletak di kecamatan Seluas kabupaten Bengkayang. Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 12 juni hingga 20 juni 2010.

Yah itu sedikit cerita tentang rencana kegiatan, kami yang menjadi tim perintis memang berangkat empat hari sebelum rombongan teman-teman Gamaska dari Pontianak yang akan berangkat pada tanggal 12 juni. Begitu banyak tugas yang kami embani membuat kepala terasa hendak pecah, dengan keterbatasan orang dan pekerjaan yang banyak kami cukup kewalahan. Memang tim perintis mendapat tambahan dua orang lagi, Viktor dan Bambang, mereka berdua berangkat sehari setelah keberangkatan kami dari Pontianak. Namun dengan jumlah kami yang enam orang tersebut, pekerjaan kami belum cukup terbantu. Perdebatan antara kami pun terjadi ketika akan memeutuskan siapa yang akan berangkat duluan ke desa untuk berkoordinasi dengan warga desa untuk mempersiapkan segala penginapan, peralatan konsumsi, dan segala perlengkapan-perlengkapan yang akan kami perlukan di sana nantinya. Keputusan akhir akhirnya tersepakati setelah memilih orang yang akan berangkat ke desa dengan berbagai pertimbangan. Empat orang temanku yang bernama Ana, Bambang, Viktor, dan Amandus berangkat duluan, sementara aku dan bang Yus tinggal di Bengkayang untuk mengurus berbagai perlengkapan dan urusan birokrasi lainnya.

Keberangkatan mereka membuat pekerjaan kami yang tinggal di Bengkayang semakin berat rasanya. Mulai urusan ke kantor gubernur, mencari donatur, dan merincikan serta survey harga bahan material yang akan kami beli.

Memang menjadi orang yang datang lebih awal untuk menguruskan berbagai keperluan memang sangat melelahkan, andaikan saja aku bukan orang yang bertanggung jawab, ingin rasanya aku berada di kost saja. Rasanya akan lebih santai, bisa tidur-tiduran jika tak berada disini, pikirku. Menjadi peserta memang selalu tak seberat yang dirasakan oleh panitia, namun anggapan peserta terkadang bahwa panitia lah yang enak, mereka saja yang belum merasakan menjadi orang yang tidur dengan bermacam masalah yang menuntut pemecahan secepatnya.

Tingkat kepusingan semakin bertambah tak kala telepon dan sms dari panitia yang ada di Pontianak. Banyak pesanan tambahan yang harus kami cari dan beli. Andai rasa tanggung jawab itu telah pergi, rasanya ingin hari itu juga aku pulang ke rumah, namun berkat kesabaran, dan berusaha berpikor positif, semuanya dapat terlewati hingga kedatangan peserta dan panitia lainnya dari Pontianak pada tanggal 12 juni sekitar pukul 15.00 di Bengkayang. Aku dan bang Yus ikut bersama rombungan dari Pontianak dengan dua buah bis jurusa Pontianak-Seluas. Setelah selesai makan, kami berangkat dari Bengkayang menuju Seluas, jalan banyak lubang, sehingga mobil tidak dapat melaju dengan lancer. Kami tiba di seluas sekitar pukul 18.00, dan dilanjutkan dengan menaiki motor air menuju ke desa Tadan, begitu menyenangkan ketika telah menikmati kebersamaan, terasa terbayar semua beban yang dialami ketika menjadi tim perintis.

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

0 komentar:

Posting Komentar