Senin, 11 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Waspadai Musim Pancaroba!

Oleh : Siti Nurbayana

PONTIANAK-Kabut terlihat disepanjang jalan. Hitam mengepul asap kendaraan bermotor disetiap sudut kota. Hari cerah, panas menggigit tubuh siapapun yang mengenakan pakaian terbuka. Jalan berdebu karena lama hujan tidak turun membasahi kota. Debu menyapu pandangan seorang Mahasiswa Fakultas Pertanian Untan “Musim Pancaroba akan segera tiba” menurut Asih Kurniasari.

Musim Pancaroba disebabkan oleh seringnya terjadi perubahan cuaca dari terik matahari yang panas di musim yang sudah masuk pada kemarau menjadi hujan lebat kadang disertai petir dan angin ribut dengan udara yang tiba-tiba dingin. Demikian sebaliknya.. Suhu udara jadi silih berganti. Pagi dan malam hari yang biasanya dingin menjadi terasa sangat panas. Perubahan cuaca yang drastis ini tentu saja membuat tubuh harus pandai beradaptasi dengan cuaca. Untuk itu dibutuhkan stamina yang prima atau fit. Jika tidak, tubuh menjadi kurang dapat beradaptasi. Inilah yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit terutama bagi mereka yang sering bekerja keras dan kurang beristirahat.

Dokter Muda Fakultas Kedokteran Untan, Rustina (22) mengatakan Penyakit yang sering menyerang tubuh di musim pancaroba atau musim peralihan adalah flu, batuk, pilek, demam, gangguan saluran napas atau infeksi saluran pernapasan, radang tenggorokan, masuk angin, influenza, gangguan pencernaan seperti diare, dan tifus abdominalis. Kemunculan penyakit-penyakit tersebut kasusnya menjadi tinggi pada awal perubahan musim pancaroba disebabkan juga banyaknya bakteri atau virus yang mencemari lingkungan sekitar kita ditambah menurunnya daya tahan atau stamina kita pada musim peralihan ini.”

Pandangan Nurhayati (21), Mahasiswa STAIN Pontianak menyapu deretan nama yang tertulis di daftar pasien Rumah Sakit Sudarso. Ke-12 nama tersebut merupakan pasien yang terkena dampak peralihan musim (Pancaroba) di Kota Pontianak. Ia menemukan temannya, Budi (20) dalam urutan ke-11 dalam daftar pasien.

Ditemukan di ruangan Anggrek, Budi terbaring lemah ditemani oleh ibunya. Di sebelah dipan kasurnya tampak seorang balita yang menurut ibunya terkena penyakit Asma.

Pergantian musim alias masa pancaroba memicu beberapa penyakit merebak. Kondisi cuaca bersuhu panas tetapi terkadang diselingi hujan lebat berangin ini dapat memicu beragam penyakit. Banyak warga yang terkena wabah penyakit demam, flu, asma, dan lain sebagainya.

Saat pergantian musim terjadi, menurut Dokter Muda, Rustina (22), seorang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Untan mengatakan “Tubuh beradaptasi ekstra keras menghadapi perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan. Udara yang semula panas-kering, tiba-tiba menjadi dingin-lembab. Kondisi ini, menimbulkan ketidaknyamanan, juga membuat tubuh mudah terserang penyakit. Seperti, demam, flu, radang tenggorokan, dan penyakit diare.”

Banyak solusi agar tubuh tetap fit di tengah cuaca yang kurang bersahabat pada saat sekarang ini, diintip dari catatan Dokter Muda Fakultas Kedokteran Untan, Rustina (22) solusinya adalah Konsumsi makanan bergizi. Daya tahan tubuh yang baik selain butuh makanan yang cukup jumlahnya, juga harus memenuhi semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh yaitu : karbohidrat, lemak,protein,vitamin,dan mineral. Istirahat yang cukup. Tidur 6-8 jam sehari. Kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh kita, Sempatkan berolahraga secara rutin minimal 3 kali seminggu selam 30 menit, Konsumsi minuman sulpemen yang tepat. Sebagian besar dari kita sulit memenuhi kebutuhan gizi harian dengan diet yang seimbang, sehingga suplemen penambah stamina diperlukan terutama di musim pancaroba. Pilih minuman penambah stamina yang benar-benar mengandung vitamin B yang lengkap yang diperlukan untuk menjaga stamina tubuh seperti vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B8 dan B12.. Selain itu, makanan/minuman energi tersebut dalam kemasannya harus mencantumkan kandungan zat, aturan pakai, masa kadaluarsa dan nomor registrasi badan pengawasan obat makanan (BPOM), Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas sehari, dan Menjaga kebersihan makanan dan minuman, membersihkan sesudah buang air besar atau menjelang makan serta menjaga kebersihan lingkungan, memberantas lalat, nyamuk, kecoa, semut.

7.

Bace Selengkapnye....

Tukang Kibul

Oleh: Juniarti

Aku mempunyai seorang teman, sebut saja namanya Tegi. Ia rajin, ramah, dan suka sekali bercanda. Tak seorang pun menyangka kalau ia bakalan jadi anak yang suka mengerjai teman-temannya.
Mula-mula hanya ringan, seperti yang ia lakukan kemaren pada Nita, ia bilang kalau Nita dicari Yeni, anak kelas sebelah. Padahal sebenarnya, tak ada seorang pun yang mencari Nita. Setelah tahu yang sebenarnya, Nita balik ke kelas dengan muka merah dan langsung melabrak Tegi karena membuat dia malu di kelas sebelah. Tegi dan teman-teman sekelas tertawa melihat muka Nita yang tidak karuan lantaran malu dan marah. Sejak saat itu Tegi senang sekali mencari mangsa untuk dikerjain. Buat hiburan, begitu katanya. Utari teman sekelasku juga pernah jadi mangsanya Tegi. Saat itu Utari tengah mencari Hadilah, dan ia bertanya kepada Tegi. “Tegi apakah kamu melihat hadilah? Dia pergi ke kantin” jawab Tegi. Merasa tidak tahu bahwa sebenarnya Tegi sedang berbohong, dan padahal Tegi tidak tahu Hadilah pergi ke mana. Utari pun segera mencari Hadilah ke kantin, dilihatnya satu persatu orang yang ada di kantin, tetapi tidak nampak batang hidung Hadilah di sana, ia pun merasa bahwa Tegi sedang mempermainkannya. Utari pun hanya menghela nafas dan menggeram kesal dengan Tegi.
Keesokan harinya Tegi beraksi lagi dan kali ini adik kelas atau junior angkatan 2010 yang ia jadikan mangsa untuk dikerjain. Sebut saja namanya Lara, Tegi mengatakan kalau Lara sedang di cari oleh kakak seniornya yang bernama Juwita, katanya Juwita sedang marah-marah dengan Lara, merasa junior yang baru masuk kuliah 2 bulan dan sedang menjalani masa orientasi sekolah (ospek) lara pun merasa ketakutan dan pergi mengahadap Juwita, saat itu Juwita sedang belajar kelompok dengan teman-temannya di ruang tujuh. Dengan mimik muka yang cemas dan takut Lara pun menghampiri Juwita dan berakata “ada apa ka’ mencari saya? Juwita pun heran dan kaget dengan kedatangan Lara yang hanya diam dan menunduk bertanya kepada Juwita. Juwita pun berkata “kamu kenapa?saya tidak mencari kamu. “Tapi bang Tegi bilang kakak tadi mencari saya? Jawab lara.”Ah...sudahlah. sahut Juwita. Lara pun keluar ruangan dengan muka yang pucat dan malu. Kali ini ulahnya tambah berani. Ia mengibuli teman-teman yang katanya dipangil sama bu Anu atau pak Anulah. Anak-anak yang dia kerjain jadi kalang kabut, mereka percaya saja sama Tegi karena sasaran Tegi sangat tepat, yaitu mereka yang baru saja bikin ulah di kelas. Lama-lama temannya sudah hapal dengn ulah Tegi itu. Sekarang mereka menyusun rencana buat memberi pelajaran pada si tukang kibul itu. “ Tegi, kamu di panggil tuh sama Bu Seli di ruang BP, kemarinkan kamu yang jadi provokator ngebolos!” wajah Tegi pucat, ia membayangkan bakalan kena semprot sendirian. Harus bilang apa dia nanti pada Bu Seli yang terkenal sangat disiplin dan galak itu. Tegi tambah cemas. Ia minta salah seorang temannya untuk menemani. Dia khawatir kalau-kalau nanti kehabisan nafas di tengah jalan. Tapi tak seorang pun yang mau menemaninya. Inilah saat-saat yang menyenangkan yang dirasakan teman-temannya karena melihat si Tukang Kibul kena kibul.
Akhirnya dengan segenap keberanian yang telah ia kumpulkan Tegi menuju ke ruang BP. Semua temannya mengikutinya dari jarak yang agak jauh. Setelah beberapa lama Tegi keluar dengan muka merah, entah karena malu atau marah. Semua temannya segera menyambutnya dengan ejekan dan tertawaan tanda puas. Kali ini ia benar-benar tak berkutik, hanya bisa nyengir. Sejak kejadian itu Tegi si Tukang Kibul tak lagi suka ngibul. “Aku udah insyaf.....!”begitu katanya. entah kali ini dia benar-benar sudah insyaf, atau masih juga ngibulin kita.
Bace Selengkapnye....

Kampus FKIP bagaikan Mall???

OLEH: Raymundus Wendi



PONTIANAK-JURNALISTIK 08. Seorang mahasiswa dengan pakaian serba ketat memasuki ruang kuliah di FKIP Untan. Bagaikan kekurangan bahan, pakaian yang dipakai mahasiswa tersebut tampak menggoda. Dengan gaya selembe dan tampak tak ada yang salah ia dengan santai macam di pantai mengikuti perkuliahan. Ironis sekali, seorang calon pendidik, ketika datang ke kampus untuk menimba ilmu bagi masa depannya yang akan terjun sebagai seorang pendidik tapi bagaikan tak sadar bahwa ia sedang berada di lingkungan yang menuntut tampilan dan gaya berbusana yang rapi. Memang tak semua mahasiswa FKIP berdandanan seperti itu, namun beberapa orang yang berpenampilan layaknya akan pergi ke mall tersebut akan memberikan suatu citra yang kurang baik bagi kampus yang menjadi markas belajarnya para calon guru. Sesungguhnya, ketika kita menjatuhkan pilihan untuk memasuki FKIP kita harusnya telah siap untuk berpenampilan sebagai seorang guru. Katakanlah berpakain rapi yang menggunakan bahan kain dan dan kemeja, bukannya celana dari bahan jeans dengan bentuk botol dan baju kurang bahan, atau memakai “baju adiknya” yang bila melakukan gerakan sedikit akan terlihat bagian yang seharusnya tak terlihat. Hal semacam ini bukannya tak boleh bagi seorang calon guru, tetapi alangkah lebih baiknya jangan menggunakan pakaian yang seperti itu ketika datang ke kampus, pakailah pakaian seperti itu ketika tidak di kampus atau ketika berjalan-jalan di mall.

Seorang mahasiswa FKIP, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan, “Kami menggunakan pakaian seperti ini (celana jeans) sah-sah aja selama kami belum jadi guru. Lagian puas-puaskan aja dulu berpakaian sesuka hati, ada jag waktunya nanti pas udah jadi guru, pasti berubah.”

Membiasakan diri sejak dini adalah cara yang paling baik agar kelak kita ketika telah terjun di lapangan. Begitu juga hal yang seharusnya dilakukan mahasiswa FKIP. Kebiasaan berpenampilan rapi ketika kuliah akan memberikan kemudahaan ketika telah menjadi guru yang sesungguhnya. Mahasiswa yang tidak terbiasa menggunakan/ berpenampilan seperti guru ketika kuliah akan memerlukan waktu lagi untuk membiasakan diri untuk berpenampilan sebagai guru.

Banyaknya mahasiswa FKIP yang menggunakan pakaian dengan model-model tertentu, dan bukan model pakaian seorang calon guru membuat kampus FKIP bagaikan mall.

Bace Selengkapnye....

Dia Menyebut Namaku

Oleh: Juniarti

Kakak sulungku sudah meninggal jauh sebelum aku lahir. Ibu bilang waktu itu sangat sulit mendapatkan fasilitas kesehatan. Rumah sakit dan dokter hanya ada di kota sedangkan kami hidup di desa. Empat tahun kemudian, di usia yang hampir sama kakak keduaku juga terserang typus. Selama hampir setahun dia tergolek di tempat tidur. Suhu badannya sangat panas tinggi. Tiap hari kejang-kejang. Bapak dan Ibu tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti kakak pertamaku. Tiap hari mereka mendatangkan mantri, tabib, bahkan dokter yang waktu itu tarifnya terolong sangat mahal. Apalagi bagi keluarga kami. Karena tidak kunjung sembuh, Bapak, Ibu, dan para kerabat sepakat untuk mengganti nama kakaku. Di tempatku memang masih ada keperyacaan masyarakat yang menganggap bahwa nama bisa membawa keberkahan bagi pemiliknya. Nama kakak yang berasal dari bulan kelahirannya diganti dengan nama yang sarat dengan muatan doa dan npengharapan akan kesembuhan. Abdur Rohim Asy Syifa adalah nama hijrah kakaku. Bersamaan dengan berjalannya waktu, kondisi kakaku berangsur-angsur mulai membaik. Kami semua bersyukur pada Allah Yang Esa. Secara fisik kakak memang tampak sudah sehat. Bahkan badannya menjadi gempal karena saat sakit dia terus mengkonsumsi obat-obatan dan susu. Tetapi kenyataanya, secara mental dan psikis kakak tidak sesehat badannya. Menurut hasil pemeriksaan dokter, typus telah merusak salah ssatu sel syaraf di otaknya. Akibatnya kakak dipastika akan mengalami keterbelakangan mental sepanjang hidupnya. Kata dokter, kami masih harus tetap bersyukur pada Allah karena yang diserang hanya sel syaraf otak, bukan perut sperti pada kakak pertamaku yang sudah meninggal.

Hari berganti hari beranjak menjadi tahun. Kakaku benar-benar tumbuh menjadi remaja yang tebelakang. Meskipun sudah berusia 18 tahun kemampuannya tidak lebih dari kemampuan anak kelas satu SD! Dia tidak bisa melakaukan apapun tanpa bantuan orang lain, kecuali untuk hal yang remeh seperti mandi, makan, berpakaian, dan mencuci piring. Seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai membencinya. Aku menyesal elah dilahiarkansebagai adiknya. Dalam pandanganku, dia sangat bodoh, lemah, dan tidak pantas menjadi kakakku. Apa yang bisa kudapatkan dari seorang kakak yang setiap hari bermain kelereng dengan anak-anak kecil? Kakak yangtidak bissa menghapal nama lengkapnya sendiri apalagi nama keluarganya? Bagaimana bisa dia melindungiku kalau melindungi diri sendiri saja tidak mampu? Aku merasa dia benar-benar tidak berguna untukku. Hingga suatu ketika sebuah kejadian luar biasa merubah pandanganku tentang kakak. Waktu itu sedang musim buah rambutan. Ibu melarang kakak makan rambutan terlalu banyak karena khawatir penyakit Typusnya kambuh lagi. Meskipun sudah dilarang oleh ibu, kakakku tetap menghabiskan banyak sekali buah rambutan. Akibatnya, penyakit kakak kambuh lagi. Badannya demam tinggi dan kemampuan mengingatnya semakin menurun. Dia lupa semua orang termasuk tema-teman kecilnay yang biasa bermain bersamanya. Hanya satu orang yang diingatnya yaitu ibuku. Dia melupakan aku dan ayahku!! Alhamdulillah dalam beberapa hari demamnya sudah turun meskipun ingatannya belum bisa kembali normal. Saat pulang dari majid dia masuk ke rumah tetanggaku. Karena mengira itu rumah kami. Suatu hari kakak tidak kemabali ke rumah setelah pamit akan kembali ke masjid. Saat itu, satu-satunya tempat yang terekam dalam ingatannya adalah masjid. Tempat dia shalat. Lain dari itu tidak. Kami mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu. Setelah sekian lama membencinya, baru kusadari ternyata aku masih menyayanginya. Buktinya, saat dia menghilang dari rumah aku merasa sangat menghwatirkannya. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya. Bagaiman dia akan menemukan jalan pulang kalau dia tidak bisa mengingat apa-apa?

Hingga melewati 24 jam kakak masih belu kembali atau belum ditemukan. Kami semua panik. Bapak tidak berhenti mencari walau hari sudah larut. Bapak bersama beberapa orang kerabat laki-laki terus mencari kesetiap pelosok desa; menyebrang sungai dan sawah yang biasa menjadi tempat main kakak, dengan harapan mungkin dia tertidur di sana atau lupa jalan pulang ke rumah. Sementara, aku dan teman-teman kecil kakaku berusaha mencari ke setiap rumah penduduk. Siapa tahu dia salah masuk rumah, lalu tuan rumah memberinya makan malam dan menyuruhnya bermalam sebagaimana yang sering mereka lakukan pada kakaku. Kakakku memang disayang banyak orang karena polos, lugu, dan uska menolong. Hingga dua hari kakak masih belum ditemukan. Tidak perlu ditanya lagi bagaimana perasaan kami, teutama ibuku. Ibukulah anggota keluraga yang paling dekat denag kakaa. Dua hari sebelumnya, kakak masih memijat kaki ibu yang sedang keseleo. Setiap kali mau makan ibu selalu menangis lalu ujung-ujungnya batal mau makan. Dia bilang tidak akan mau makan sebelum dipastikan kakak juga sudah makan. Ah.....bagaimana memastikannyan kalau kakak belum ketemu? Selama dua hari itu pula, ibu tidak tidur kecuali ketidurankarena capek. Itupun hanya sebentar. Tidak lebih dari 15 menit. “bagaiman ibu bisa tidur sementara kakakmu terlunta-lunta dijalan. Mungkin sekarang dia sedang kelaparan atau kedinginan. Mungkin juga dia sedang dalam bahaya. Atau bahkan dia sudah....” ibu tidak sanggup melanjutkan ucapannya waktu itu. Air matanya mengalir deras. Pasti ibu sangat terpukul sekali dengan kepergian kakak. Lalu bagaiman denganku? Terus terang kalau ada orang yang seharusnya paling menyesal atas hilangnnya kakak, maka orang itu adalah aku. Adiknya!!!aku yang selama ini telah durhaka padanya. Aku yang tidak pernah senang saat dia menyambutku dengan senyum hangat tiap aku pulang sekolah. Aku yang tidak pernah bersyukur kepada Allah yang telah memberi karunia seorang kakak yang baik hati. Kakak yang tidak pernah berkeluh kesah pada siapapun. Kakak yang tidak pernah menuntut macam-macam dari keluarganya. Kakak yang senantiasa ramah dan santun pada setaip orang meskipun dia tidak sanggup menghapal nama mereka.

Dimana bisa kutemukan anak seperti dia? Disaat anak orang lain membaca koran, dia membaca Al-quran meskipun tajwid makhrojnya kurang tepat. Dimana bisa kutemukan kakak seperti dia? Diwaktu kakak yanglainmengajari adiknya pacaran, dia mengajari kau untuk selalu shalat tepat waktu. Dimana bisa kuperoleh ilmu kesabaran dan keikhlasan selain dari dia? Sungguh aku benar-benar menyesal atas sikapku padanya selama ini. Aku berharap semoga Allahmasih berkenan mempertemukan kami lagi. Tentunya dalam keadaan yang lebih baik. Pada hari ketiga keluargaku memutuskan untuk melaporkan kasus hilangnya kakak pada polisi. Tapi subhanallah baru sampai di depan pintu rumah Bapak berteriak kegiarauan karena melihat kakak sedang tersenyum padanya. Ekspresinya lucu, antara tertawa, mengangis dan kesal. Kemana saja dia selama ini? Membuat bingung seisi kampung, lalu pulang dengan senyum lebar seolah tanpa dosa. Kondisinya jauh dari bayangan kami. Dia tidak kurus, tidak sebagaimana yang terjadi pada ibu yang tidak makan dan tidur selama tiga hari. Dia juga terlihat tetap bersih dan bajunya pun baru. Darimana dia dapatkan baju itu? Rupanya dia tidak datang sendiri. Seorang pemuda mengantarkannya. Wajahnya tidak asing bagiku, tetapi kau lupa siapa dia. Ternyata pemuda itu adalah teman sekolahku waktu masih di SLTP sementara saat itu aku sudah SMU. Menurut penuturannya, tiga hari yang lalu, dia melihat ada orang asing di dalam masjid di depan rumahnya. Karena mengira kakak adalah musafir, temanku mendatangi kakak dengan maksud menawarinya tempat istirahat dan makan. Saat diajak berbicara, kakak hanya senyum-senyum tanpa menanggapi omongan temanku sedikitpun. Lama-kelamaan, temanku tahu kalau orang yang ia ajak berbicara bukan;lah orang normal. Akan tetapi dia yakin kalau orang itu juga tidak gila karean tidak mungkin orang gila shalat di masjid dengan pakaian bersih. Mungkin orang itu hanya kehilangan memorinya saja. Akhirnya temanku mengajak kakak pulang ke rumahnya, memberinya makan, dan menyuruhnya mandi dan meminjaminya pakaian. Setiap tiba waktu shalat kakak minta diajak kembali ke masjid. Temanku berusah keras agar dapat berkomunkasi dengan kakak supaya dapat menemukan identitasnya yang sebenarnya. Namun setiap kali ditanya, kakak selalu mengatakan tidak tahu atau lupa. Jika dipaksa mengingat, kakak selalu sakit kepala. Tetapi temanku tidak putus asa. Dia terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bisa mengingatkan kakak pada kehidupannya. “Siapa yangpaling kau cintai?” kata bapak aku harus mencintai Allah lebih dari apapun” kalau begitu siapa nama bapakmu? “aku tidak ingat bapak, aku hanya ingat ibu” baik sebutkan nama ibumu!” aku tidak tahu namanya karena sejak kecil aku mwemanggilnya ibu. Dia sangat baik padaku dan......” cukup teman!itu sama sekali tidak membantu.” Saat temanku sudah gemas tiba-tiba kakak menyebut sebuah nama dengan lengkap. Nama adik wanitanya. Namaku!! Temanku merasa nama itu tidak asing baginya, tapi karena sudah lama berpisah maka perlu waktu seharian untuk mengingatku. Setelah membuka album kenangan sekolah baru dia bisa mengiingatku. Dia yakin kalau pemuda yang ingat ingatan itu adalah kakakku karena dulu dia pernah datang kerumah dan sedikit tahu tentang keluargaku termasuk tentang kakak. Luar biasa, kakak yang selama ini kuremehkan ternyata adalah orang hebat. Bagaiaman tidak? Saat dia sudah kegilangan ingatannya dia masih mampu mengingat hal-hal penting yang mungkin bagi orang normal sekalipun kadang mudah terlupakan: aqidah, birul walidan dan persaudaraan. Orang yang selama ini kuanggap tidak layak kucintai ternyata mampu mencintaiku lebih dari cukup. Aku tidak tahu bagaiaman pertanggungjawabanku pada Allah jika seandainya waktu itu kakak tidak kembali lagi untuk selamnya?. Satu hal yang pasti bahwa saling mencintai karena Alla itu adalah sangat mulia.

Bace Selengkapnye....

ULURAN TANGAN BUAT SI KUMAL

Oleh : Hariya

Siang ini terasa sangat terik. Matahari bersinar begitu dekat dengan bumi, membuat peluh menetes tanpa henti. Di sudut-sudut kota ini banyak yang tersiksa karenanya. Mungkin bagi orang-orang yang bekerja di bawah kipasan AC tidak begitu merasakan perihnya sinar mentari. Tetapi bagi para buruh dan petani sebagai pekerja lapangan, sinar mentari ini bagaikan jarum yang menusuk setiap senti kulit mereka.

Begitu juga dengan beberapa anak kecil yang berlari-lari mengejar kendaraan yang berhenti ketika lampu merah. Mereka berebutan memainkan musik khas mereka, sebagian lagi dari mereka mengulurkan tangan siap menerima belas kasihan para pengguna jalan. Setelah klakson panjang bergantian memekakan telinga, mereka pun kembali berteduh di tepi jalan. Kembali menanti datangnya lampu merah. Mereka seperti tak peduli dengan tatapan orang-orang pada mereka. Mereka hanya peduli pada perut mereka yang mesti di isi. Bahkan mereka mengacuhkan keterikan sinar matahari yang membakar kulit muda mereka.

Ista (bukan nama sebenarnya), melajukan kendaraannya melewati jembatan tol. Sore ini dia membantu anak-anak belajar di bawah sana. Setiap kamis dia memang mengkhususkan dirinya untuk mengajar anak-anak yang tidak mampu. Dengan dibantu peralatan sederhana, dia berusaha agar anak-anak itu tidak tertinggal pelajaran seperti anak-anak seusia mereka pada umumnya. Setidaknya dia akan membuat anak-anak itu tidak buta huruf dan mengenal hitungan.

Saat melihat Ista datang anak-anak yang telah menunggu segera menyambutnya girang. Mereka sepertinya tidak sabar untuk memulai pelajaran hari itu. Dengan bersemangat Ista pun mulai memberi pelajaran membaca pada mereka. Mereka pun dengan antusias berlomba menampilkan kemampuan mereka. Sore itu mungkin menjadi sore yang begitu indah untuk anak-anak jalanan itu. Apalagi Ista mengatakan dirinya akan menambah jadwal mengajar untuk mereka.

“mereka bukanlah orang-orang yang tidak layak untuk mengecap pendidikan, saya kasihan kalau mereka diteriaki atau diusir karena memasuki kawasan sekolah hanya untuk mengikuti pelajaran dari luar. Mereka juga pastinya sangat iri pada teman-teman sebaya mereka yang duduk di dalam kelas. Jadi, sejak dua tahun yang lalu saya mengumpulkan mereka dan mengajak mereka belajar. selain itu, mereka juga harus berjanji pada saya untuk tidak mengemis lagi. Jadi, kalau kedapatan saya mereka sedang mengemis, pasti akan saya hukum. Karena bagi saya mengemis itu adalah pekerjaan orang-orang malas. Mereka adalah anak-anak muda, regenerasi bangsa ini, mereka tidak boleh dididik dengan kemalasan.” Ista bercerita padaku senja itu, sepulangnya dari mengajar anak-anak.

Mengajar anak-anak jalanan bagi Ista sendiri adalah satu di antara banyak cara untuk mengurangi kemiskinan di bidang pendidikan di kota Pontianak ini. Menurutnya, jika harus menunggu uluran tangan pemerintah, maka anak-anak itu mungkin tidak akan pernah tahu huruf dan angka sampai mereka tua. Ista juga tidak hanya sekedar mengurangi kemiskinan pendidikan, dia juga sedang mengurangi kemalasan manusia, yaitu mengemis.

“saya tidak pernah merasa iba pada pengemis-pengemis di jalanan, apalagi jika pengemisnya adalah pria yang masih berada di usia produktif. Mereka sebenarnya bisa mengerjakan sesuatu asal mereka tidak menyerah dan memiliki kemauan. Saya juga sering melihat kakek atau nenek-nenek yang jualan, yang mendorong gerobak es, sol sepatu, atau lainnya. Ternyata mereka mampu untuk melakukan itu semua, mereka tidak harus mengemis untuk makan. Saya lebih kasihan dan kagum pada orang-orang seperti itu.” Tambah Ista lebih lebar lagi.

Ista sering menangkap basah para pengemis di jalan ketika pulang dijemput dengan kendaraan bermotor. Ista semakin marah, karena adanya oknum-oknum yang memang sengaja memanfaatkan kelemahan orang lain seperti cacat fisik dan tua renta untuk mendapatkan uang. Ista hanya berharap pemerintah tidak hanya sekedar menangkap para pengemis dan menertibkan kondisi jalan, tetapi mampu memberikan lapangan pekerjaan. Ista merasa yakin para pengemis itu akan berhenti mengemis jika adanya lapangan pekerjaan bagi mereka. Tetapi tetap saja, Ista tidak menaruh harapan yang tinggi pada pemerintah.

“Selama ini yang banyak terlihat adalah masyarakat yang mempekerjakan atau memberikan bantuan pada anak jalanan ketimbang pemerintah. Pemerintah masih belum membuktikan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah ini.” Tutupnya mengakhiri cerita. (obx)

Bace Selengkapnye....

Kamis Suram Bersamanya

Oleh: Kiki Chostha. V

Hari itu kamis jam 08:50 mata kuliah sosiologi sastra. Sinar cerah pagi tiba-tiba menjadi kelabu. Detak jantung yang biasa menjadi berdetak kencang bagai terhempas angin badai. Pikiran mulai tidak menentu, gelisah, resah menunggu ia datang sebut saja PN. Bahkan hati yang tak ingin tergores ingin ia tak datang. Tetapi dalam hati kecil juga ingin ia datang tetapi tidak alias masih dalam keraguan karena jika ia tidak datang maka penderitaan masih di depan.

Detak jalannya mengetarkan ruangan-ruangan yang ia lalui. Mata tersipu tak sanggup memandang semua itu. Dengan kacamata di kancing baju paling atas. Rokok dji sam soe di saku bajunya. Dengan baju kemeja pendek celana semi jean dan terkadang sandal tatsing di pakainya. Siapa yang tidak kenal beliau? Pasti semua warga Bahasa Indonesia mengenalnya bahkan mungkin se Fkip Untan bahkan se Universitas mengenal beliau yang mempunyai karakteristik unik dan berbeda.

Selamat pagi saudara-saudara itu kalimat yang ia ucapkan kepada kami sebelum ia duduk di kursi dosen depan kelas. Itulah satu diantara ciri-ciri beliau yang berbeda dengan dosen lain selalu memanggil kami saudara. Silahkan kelompok selanjutnya mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan nada yang sedikit keras bagi orang yang tidak mengenalnya, tetapi bagi orang yang mengenalnya hal itu merupakan hal biasa dan sangat lazim. Mulailah sang kegelisahan menampakkan diri dari rumah indahnya. Kekacauan riuk pikuk mulai terbisik mendengung di kelas yang lumayan besar ukurannya.

Mulailah penyaji mempersentasikan hasil diskusinya, namun baru beberapa kata terucap langsung sahut olehnya itu namanya membaca bukan mempersentasikan atau menjelaskan anak TK pun tahu seperti itu. Jantung tersayat hati tergores lidah kaku mendengar kata itu. Sudah lanjutkan lagi katanya. Semuanya pun berjalan dengan baik menurut kami menurut beliau kayaknya jauh dari sempurna.

Akhirnya sampai pada sesi pertanyaan. Saat ada peserta yang bertanya langsung dipotong lagi dengannya, saya rasa pertanyaan saudara sangat mudah dan tidak berbobot anak SD pun bisa bertanya dan bisa menjawabnya. Tergores lagi dan lagi. Andai hati ini meronta-ronta maka ia pasti sudah meronta karena terkena goresan silet.

Kali ini penyaji mulai menjawab pertanyaan peserta. Baru mulai menjawab terpotong kembali jawaban itu olehnya saya rasa jawaban saudara masih sangat melenceng coba saudara fikirkan kembali dan anda hubungkan dengan materi sebelumnya. Salah lagi dan kami pun sudah terbiasa walaupun hati tetap saja sakit sekali tiada yang benar menurutnya apa yang kami sampaikan. Kalaupun sudah menjurus kebenar pasti masih ada yang kurang menurutnya.

Semuanya sudah selesai dan mulailah beliau mengeluarkan jurus mautnya dengan kata-kata mutiara bahkan jurus beliau kami akui lebih dasyat dari jurus wiro sableng 212. Sebenarnya kami sendiri bingung dengan apa yang beliau jelaskan di depan Cuma kami tetap masang muka sok serius aja. Sok tau kalau ditanya olehnya kami harus memutarkan otak kami 180 derajat untuk menjawabnya.

Walaupun beliau mempunyai karakter yang demikian tetapi beliau sangat pintar. Apalagi pengatahuan soal sastra karena beliau juga dosen sastra tentunya. Bahkan menurut saya dibandingkan dengan dosen sastra lainnnya yaitu Dr. Martono, Dra. Sisilia Seli, M.Pd. beliaulah yang paling pintar. Saya berani berkata begitu karena saya pernah berbicara dengannya waktu ppm ke mempawah dan beliau menjadi pemateri seminar. Malam itu kami mendapatkan banyak kata-kata indah darinya mulai dari topik sastra sampai politik. Mungkin jika mata tiada suram memandang ia mampu bercerita 7 hari 7 malam.

Beliau orang yang perfeksionis apa yang kami sampaikan harus sejalan dengan pemikiran beliau. Tetapi sayangnya pemikiran kami masih jauh dari pemikiran beliau. Apa yang kami sampaikan jarang sekali benar di muka beliau. Bahkan mungkin yang pernah saya sampaikan salah semua. Paling bagus nyerempet bahasa kasarnya.

Saat jam perkuliahan sosiologi sastra sudah habis muka kami mulai berbinar bahagia akhirnya jam penuh muka dusta sok paham berakhir. Jam masuk nerakanya dunia kataku usai sudah. Saya akhiri sampai disini selamat siang saudara-saudara. Itulah kata terakhirnya yang terucap dan ia segera bergegas meninggalkan kelas.

Bace Selengkapnye....

Rahasia Dibalik Taman Untan

Oleh: Evi Tarmila

Taman untan merupakan tempat yang asyik untuk bersantai, setiap malam tak pernah sepi dikunjungi oleh pengunjung baik tua maupun muda. Di taman ini memiliki kursi untuk duduk, serta banyak tanaman yang ditanam, disini juga ada tempat untuk bermain, seperti bermain basket dan sebagainya, tempatnya cukup teduh bila sore hari, tapi bila siang hari bersantai disitu pasti akan kepanasan karena pohon yang ada sangat sedikit. Bukan hanya sebagai tempat yang asyik untuk ngumpul bersama teman tapi taman ini juga dijadikan tempat pacaran bagi anak muda. Sekilas taman ini merupakan taman yang indah tapi bila anda masuk kedalam dan melihat langsung kedalam taman, maka akan banyak pemandangan yang sdikit aneh yang akan kita temui, salah satunya adalah banyak sekali para anak muda yang berduaan ditempat yang sedikit gelap,” bukannya marah tapi hanya risih saja, bukannya ini adalah sebuah taman universitas terkemuka di Pontianak masak tamannya dijadikan arena untuk pacaran, bukannya tidak boleh pacaran disini tapi sebagai Mahasiswa kita harus tau dimana tempat yang baik atau tidak untuk pacaran” tukas Yura mahasiswa Untan ini.

Memang tak dapat dipungkiri banyak sekali anak muda yang pacaran disini, seharusnya pihak Universitas lebih tegas dengan membuat papan peraturan jam batas berkunjung, karena banyak sekali para anak muda yang pacaran sampai larut malam, karena ini dapat meresahkan warga. Belum lagi ditambah banyaknya sampah yang berserakan di atas rumput yang sedikit gundul karena terinjak para pengunjung, sampah-sampah yang dihasilkan adalah plastik bekas mkanan dan minuman dan masih banyak lagi, seharusnya pmanadangan seperti ini sudah tidak wajar lagi untuk sebuah taman sebuah universitas terkemuka seperti universitas tanjungpura ini, karena semua mahasiswa merupakan orang-orang yang sudah terdidik dan berilmu tinggi, kita seharusnya sadar bahaw kebersihan itu sangat penting bagi kita sendiri maupun orang lain dan seharusnya kita juga berhak dan wajib menjaga taman yang merupakan kebanggaan kampus kita ini.

Sampah-sampah yang berserakan membuat mata sakit bila memandangnya, sampah-sampah seperti ini menimbulkan bau yang tidak sedap selain itu sampah teresebut menimbulkan banyak nyamuk yang membuat para pengunjung merasa tidak nyaman. Taman ini nyaman sekali buat ngumpul bersama teman tapi disini banyak nyamuk, mungkin karena sampah banyak beserakan disini, apalagi kalau malam nyamuk yang datang makin bertambah, tukas yura yang saat diwawancarai sedang menepuk nyamuk yang hinggap dikakinya itu.

Apabila kita berjalan melewati jalan A. Yani maka taman untan akan terlihat rapi dan bersih karena sampah tidak terlihat bila kita brada cukup jauh dari tempat itu, tapi yang membuat mata tercengang adalah tulisan Taman Universitas Tanjung Pura, yang terpampang besar , ternyata huruf N pada kata taman hilang,sehingga kata taman berubah menjadi Tama, entah tangan jahil siapkah yang jahil sehingga huruf sebesar itu bisa hilang. Menurut saya ini aneh karena kita ketahui tulisan itu cukup besar dan kuat, tapi masih saja ada tangan-tangan jahil tak bertanggung jawab merusak tulisan sebesar itu. Entah apa yang ada difikiran mereka sehingga merusak sesuatu yang sebenarnya adalah tanggung jawab kita sebagai mahasiswa untuk merawat dan melindunginya.

Novi mahasiswa Untan yang saya temui sedang bersantai bersama teman-temannya di taman untan mengatakan seharusnya tanaman-tanaman yang ada disini harus ditambah lagi karena sudah banyak yang mati, dan saya berharap taman ini bisa jadi taman yang indah dan pengunjung yang datang lebih banyak lagi, tukas mahasiswa cantik,berhidung mancung serta berambut panjang yang saya temui sedang asyik berbincang-bincang dengan temannya itu.

Banyak sekali tanaman-tanaman yang mati tidak tau apa sebabnya, mungkin karena tidak terawat atau sering diinjak oleh pengunjung kitapun tidak tau, seharusnya kita saling menjaga apa yang kita miliki, dan dari pihak fakultas juga harus meningkatkan penjagaan dan pengamanan di taman dengan mengutus satu atau dua orang satpam dan tukang kebun pembersih taman untuk menjaga keamanan dan kebersihan taman untan, sehingga taman untan terjaga dan terawat dengan baik. Kita sebagai mahasiswa juga harus bisa menjaga apa yang menjadi tanggung jawab kita, kita berkuliah di Untan, jadi kita juga harus menjaga dan merawarat apa yang ada di Universitas Tanjungpura ini, agar semakin indah dan terjaga karena semua ini demi kepentingan kita semua.

Bace Selengkapnye....

DI BAWAH POHON GUNDUL

Oleh: Dedek Kurniawati

Mahasiswa FKIP mengeluh tak ada tempat yang nyaman untuk belajar dan bersantai. Sebagian dari mereka menjadi kebingungan tatkala berhadapan dengan jam perkuliahan yang memiliki senggang waktu lama. Terutama mereka yang bukan kalangan mahasiswa bertempat tinggal daerah sekitar kampus terpaksa rela berpanas-panasan di bawah terik matahari di DPR. Bahkan tak hanya keluhan dari mahasisawa FKIP tetapi keluhan juga datang dari mahasiswa fakultas lainnya.

Sudah beberapa bulan terakhir ini terlihat suasana di FKIP ada yang berbeda. Pemangkasan pohon di FKIP mengundang beberapa keluhan baik dari mahasiswa FKIP itu sendiri bahkan juga dari mahasiswa dari fakultas lain. Umumnya mereka terkejut saat disuatu pagi melihat kondisi tempat yang terkenal dengan DPR itu berubah dari yang biasanya. DPR adalah suatu tempat yang menyerupai taman dengan dihiasi rindangan pohon layaknya tenda dan dilengkapi kursi dan meja ukiran batu yang semakin memperindah tempat itu. DPR adalah kepanjangan dari “Di bawah Pohon Rindang”. Tidak hanya mahasiswa yang telah lama berkuliah di Universitas Tanjungpura yang mengenali tempat tersebut, bahkan mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi lainnya juga sudah tidak asing dengan singkatan DPR tersebut. Selasa (5/4), Muhammad Fajarudin (21) mahasiswa STKIP jurusan Sejarah mengatakan, “Oh... DPR FKIP tau saye, itu kan singkatannye di bawah pohon rindang. Tapi sayangnye udah tak rindang lagi tu...”, jelasnya sambil tertawa. Pernyataan dari saudara M. Fajarudin ini jelas merupakan pernyataan yang disertai nada sindiran. Tidak hanya merasa tersindir bagi mahasiswa FKIP ini juga merupakan tanda bahwa tidak ada lagi taman yang dapat dibanggakan di sekitar FKIP.

Tak heran taman yang sudah sejak lama menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa yang berkuliah di FKIP ini dikenal oleh banyak orang. Selain tempatnya yang strategis, dekat dengan gedung-gedung penting di Universitas Tanjungpura, tempatnya juga suatu pilihan tepat untuk bersantai seraya melakukan aktivitas tertentu. Tempatnya yang luas dan sangat teduh menambah pesona tersendiri untuk memikat mahasiswa yang tidak hanya dari FKIP untuk menghampiri dan merasakan duduk di taman tersebut. Sabtu (5/4), Ferli Siswandra (21), mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Teknik Sipil ini mengatakan, “Biasenye saye singgah ke DPR ni buat nyantai jak. Disini tempatnya sejuk dah gitu strategis apelagi pas abis daftar ulang kalo dan capek saye singgah lok di sini nongkrong same kawan-kawan.”, jelasnya.

DPR kini tak seperti dulu semua itu dikarenakan adanya pemangkasan terhadap pohon-pohon rindang tersebut. Pemangkasan pohon-pohon rindang itu dilakukan sejak beberapa bulan yang lalu. Namun, hingga saat ini belum terlihat pertumbuhan yang signifikan dari pohon yang telah di pangkas tersebut. Jelas, karena pertumbuhan pohon memerlukan waktu yang cukup lama.

Hal ini lah yang disesalkan oleh beberapa mahasiswa. Mereka mengeluh akan tempat yang mereka banggakan dan gemari tersebut berubah drastis. Kini julukan di bawah pohon rindang tersebut sudah tak layak lagi. Pantasnya berubah menjadi di bawah pohon gundul. Pohon-pohon yang berdiri di taman FKIP kini yang tersisa hanya batang besar dengan beberapa ranting yang tertempel beberapa daun ditiap dahannya. Hanya saja ranting dengan dedaunan ini tak sanggup membuat orang yang duduk dibawahnya merasa nyaman. Justru mereka terlihat gelisah dan terus bergerak-gerak seraya mengibaskan sebuah kertas, buku malah ada yang sampai berbekal kipas plastik dari rumah mereka. Satu diantaranya mahasiswa FKIP yang berhidung mancung ini ditemui seusai ia pulang dari pembelajaran mikro di kampusnya. Rabu (6/4), Yura Supikawati, (20) mahasiswa FKIP jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengatakan,”Jelaslah bekipas, secara panasnya minta ampun ! Udah ndak bisa lagi dapatkan tempat bersantai nunggu jam masuk ! Dulu di sini banyak angin sepoi-sepoi tapi, sekarang yang ade panas! Bising jak !”, ketusnya.


Pilihan tempat untuk berkumpul dan belajar bersama dilingkungan FKIP kini semakin minim. Ruang baca tak memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung ratusan mahasiswa FKIP yang hendak mengisi waktu luangnya di kampus. Hal inni disebabkan luas ruangan di ruang baca tidak memadai, belum lagi dengan susunan dua buah lemari yang diletakkan di tengah ruangan sehingga menambah sesak ruangan tersebut. Jangankan untuk konsentrasi dalam membaca, untuk lewat sekedar melihat-lihat buku saja terasa sangat sempit. Tak jarang mereka yang sedang konsentrasi membaca harus terganggu karena adanya suara “Permisi.” dari mahasiswa pengungjung lainnya yang hendak melihat buku yang berada di lemari tepat di belakang kursi dengan jarak kurang lebih sejengkal tangan manusia dewasa.

Selain itu, jika alternatif pilihan tempat lainnya adalah laboratorium komputer dan kelas kosong itu hanyalah faktor keberuntungan saja. Pada jam perkuliahan aktif dari senin hingga jumat, laboratorium komputer sering digunakan untuk mahasiwa program studi tertentu yang hendak melaksanakan praktek komputer. Sedangkan, pada ruang kelas tentunya banyak yang digunakan pula. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja mahasiswa dapat menggunakan fasilitas tempat di luar jam perkuliahan mereka.

Mahasiswa yang yang hendak belajar bersama atau sekedar bersantai seraya menunggu waktu perkuliahan selanjutnya pun merasa kecewa tatkala melihat tempat favorit mereka yang terkenal dengan julukan DPR itu sudah tidak menunjukkan lagi kerindangannya. Tempat yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa FKIP Untan ini telah berubah menjadi DPG (Di Bawah Pohon Gundul) karena pohon-pohon yang dulunya membuat suasana FKIP Untan menjadi sejuk dan indah kini sudah dipangkas. Kamis (24/3) Kiki Chostha Vhernandhez (20) mahasiswa FKIP program studi Bahasa dan Sastra Indonesia mengatakan, “Itulah, ndak ade lagi dah DPR tu... susah mau hotspotan lagi, saat-saat yang membosankan kalo dah nunggu dosen datang. Dah gitu panas lagi rasanya FKIP ni, dulu rasanya banyak angin sepoi-sepoi kalo mau menuju PBS ni, sekarang yang ade macam di gurun. Panas...!”, keluhnya.


Perubahan di DPR FKIP sekarang ini membuat kita menjadi kebingungan mau kemana untuk mengisi waktu kosong dan juga area di DPR juga tidak seramai dulu yang sering digunakan beberapa mahasiswa berkumpul. Sebagian dari mereka terpaksa mengisi senggang waktu lama untuk makan di kantin. Sekedar nongkrong di kantin saja adalah hal mustahil. Mau tidak mau mereka juga harus merogoh kocek dalam-dalam untuk berbelanja di kantin FKIP, seraya menimbun perut dengan makanan yang ditawarkan di sana. Bagi mereka yang tak memiliki uang cukup, harus rela menahan panas matahari duduk di bawah pohon gundul jika tak ada tempat lain untuk mengisi waktu. Rabu (6/4) Nemi Zuniarti (21) Mahasiswa FKIP jurusan Bahasa Inggris mengatakan, “Sangat menyedihkan sekali sekarang, area hijau di kampus kite yang tercinta ni semakin menipis. Padahal DPR ini adalah tempat yang paling nyaman untuk berdiskusi masalah kuliah atau sekedar ngumpul juga asyik. Soalnya area di DPR tu teduh, kalau ditebang kaya’ sekarang sih terlihat gersang dan jadi tak rindang agik. Panas cuy, apelagi Pontianak ni, panasnye luar biase! Terpakselah aku bekal agak banyak kalo dah tau jadwal kul senggangnya banyak, mau balek ke rumah jauh di TPI, ke kost kawan ndak enak juga terlalu sering jadi ya....mau ndak mau ke kantin makan dan makan yang banyak.”, jelasnya dengan antusias.

Tak hanya itu, adapula mahasiswa yang memang cukup sering berhubungan dengan masalah pemangkasan pohon yaitu Mahasiswa Fakultas Kehutanan tentunya. Dia merasa kecewa terhadap pemangkasan pohon di FKIP Untan ini. Kamis (24/3) Maysarah (21) mengungkapkan, “Dulu waktu aku mau ke UPT untuk nyari referensi perkuliahan atau main ke FKIP buat ketemu teman lama, pasti tempat janjian dengan teman tu di DPR, di situ aku juga bisa nongkrong dulu dengan kawan-kawan, meskipun bukan mahasiswa FKIP tapi aku senang nyantai di DPR ni..tempatnya teduh dan sejuk. Tapi, sayangnye kenape malah dipangkas ! Padahal kalo dilihat dari segi ekologi jelas dengan dipangkasnye pohon-pohon tuh bakal mengurangi energi dalam suatu ekosistem karena yang tadinya segala jenis makhluk hidup yang tinggal di pohon-pohon tu harus kehilangan habitatnya. Belum lagi manfaat hijaunya bagi manusia yang akan lebih terasa efeknya karena karena kita ketahui bahwa pohon tu berfungsi sebagai penyerap karbon yang kemudian dapat mencegah terjadinya efek rumah kaca. Seandainya aja pohon-pohon tersebut tidak dipangkas, setidaknya manusia bisa merasakan banyak oksigen yang dihasilkan pohon-pohon tersebut dari proses fotosintesis.”, ungkapnya dengan nada yang tegas.

Selanjutnya dijelaskan oleh Maysarah bahwa “Mungkin manfaat nyatanya lagi,masyarakat di sekitar kampus akan merasakan udara segar, kerindangan dan kesejukan ketika berada di bawahnya walaupun terkadang kondisi cuaca sangat panas.”. Tidak hanya mahasiswa FKIP yang ikut prihatin dan kecewa dengan aksi pemangkasan ini. Sebelumnya diketahui pula tidak adanya pemberitahuan atau sosialisasi terhadap peristiwa ini. Namun, sebagai manusia yang beriman kita tidak boleh hanya berpikir dari sisi negatifnya saja. Dapat saja pihak fakultas sebenarnya memiliki alasan tersendiri terhadap aksi pemangkasan pohon di area taman FKIP tersebut. Hanya saja kurang adanya sosialisasi lah yang memicu kekecewaan dari mahasiswa FKIP dan lainnya.

Butuh waktu yang cukup lama untuk melihat kondisi DPR menjadi rindang seperti dulu. Jadi, untuk beberapa waktu ke depan mahasiswa FKIP harus bersabar menunggu pohon yang gundul itu menumbuhkan kerindangan lagi yang dapat menyejukkan area sekitar kampus dan dapat menjadi tempat favorit untuk belajar atau pun bersantai. Butuh waktu yang lama pula untuk mengganti julukan “Di bawah Pohon Gundul” menjadi “Di bawah Pohon Rindang”.

Bace Selengkapnye....

Pemulung Yang Kaya Hati

Oleh: Rusmarini

Warga sekitar sama sekali tidak pernah merasa resah dengan kehadiran pemulung tua itu, meskipun ia selalu mengais-ngais sampah yang ada disekitar tempat sampah. Meskipun demikian ia selalu membersihkan sampah-sampah yang berserakan di jalan tersebut sehingga lingkungan jadi terlihat sanggat nyaman”.

Saat matahari menyengat dengan sangat panasnya sehingga kulit terasa terbakar saat tersengat matahari yang panas ini. Seseorang yang sangat kuat dengan tulang-tulangnya yang sangat rapuh masih tetap bekerja walaupun matahari yang sangat menyengat membakar kulitnya. Kami berjalan menyusuri jalan Gajah Mada saat kami hendak pergi kesebuah rumah sakit di jalan Siam di Gajah Mada. Saat kami melintasi sebuah tempat sampah disekitar jalan Siam tersebut aku melihat seseorang yang masih harus bekerja dengan sangat sigapnya untuk kebutuhan hidupnya.

Ana (23) warga sekitar jalan Siam, mengatakan “aku merasa kasihan kepada Bapak itu, seharusnya di usia tua ini ia tak perlu lagi bekerja. Tapi apa boleh buat, dia kan harus memberi makan anak istrinya.” Wanita separuh baya itu berkata. Setelah memberikan komentarnya terhadap pemulung yang masih tatap sibuk dengan pekerjaanya untuk mencari barang-barang bekas yang masih tersisa, aku merasa tertarik untuk menanyakan kembali kepada warga yang ada disana. Agus (35) mengatakan, “sebenarnya ia itu orang yang sangat hebat mbak, dimasa tua yang sudah tak produktif lagi ia masih kuat untuk melakukan pekerjaan untuk keluarga, setidaknya ia kan tidak minta-minta. Ia mau berusaha walaupun hanya menjadi pemulung.” Katanya.

Bagi warga disekitar jalan Gajah Mada ini Bapak pemulung yang sudah tua ini bukanlah seseorang yang meresahkan warga sekitar karaena dia seoarang pemulung yang mungkin seperti pemulung-pemulung yang lain selalu meresahkan warga sehingga warga sering kehilangan barang-barang ynag masih berguna untuk warga. Pemulung yang satu ini selalu berhati-hati saat memungut barang yang sudah tidak terpakai lagi sehingga tidak merugikan warga sekitar, lagi pula ia selalu meminta ijin dahulu sebelum mengambil barang-barang yang ada disekitar rumah warga sehingga warga tidak menjadi resah.

Rudi (42) satpam Kharitas Bakhti, mengatakan “ia sama sekali tidak pernah meresahkan warga disekitar komplek ini, apalagi mengambil barang-barang warga yang masih terpakai, aku pernah melihat kalau Bapak ini selalu memberi makanan kepada anak-anak jalanan yang ada disekitar sini, walaupun ia juga tidak mampu sih, setidaknya orang seperti dia memiliki hati yang baik walaupun ia penuh kekeurangan”. Menurut beberapa warga yang ada disekitar kompleks ini berpendapat kalau mereka sama sekali tidak merasa resah dengan pemulung ini, malahan mereka merasa kasihan karena seseorang yang sudah tua seperti ini seharusnya sudah tidak berkerja keras seperti ini lagi.

Saat kami hendak pulang dari seminar di Kharitas Bhakti, kami melihat lagi Bapak pemulung tersebut. Aku sedikit penasaran dengan pendapat-pendapat yang dikatakan warga sekitar tentang pemulung tersebut. Setelah melihat sedikit apa yang dilakukan pemulung tersebut ia bekerja dengan sangat sigapnya walaupun badanya yang sangat kurus dan sudah sangat tua ia tetap semangat mengerjakan tugasnya sebagai pemulung selama bertahun-tahun ia lakukan.aku berniat untuk meyapa dan bertanya sedikit tentang apa yang ia lakukan. Umar (56) pemulung jalan Siam, “tidak ada yang dapat Bapak lakukan lagi di usia tua ini nak. Bapak hanya bisa melaukan hal seperti ini nak, walaupun usia sudah tua Bapak tetap harus melakukannya untuk anak dan istri bapak.” Saat ditanya seperti itu Bapak tersebut berhenti membersihkan sampah-sampah yang berserakan di jalanan. Saat kuperhatikan lagi ada hal yang berbeda denga bapak tersebut, selain ia mencari barang-barang bekas sesekali ia memungut samaph-sampah yang beserakan dijalanan sambil memungut barang-barang yang ia butuhkan untuk dijual.

Aku bertanya kemabali tentang yang ia lakukan tersebut dan ia mengatakan “Bapak kan mencari makan disini nak, jadi Bapak juga harus menjaga kebersihan di sekitar sini juga. Kalau temapatnya bersih kita juga yang merasa nyaman melihatnya kan?”. Mendengar perkataan bapak tersebut aku jadi meras sanggat ibat terhadap bapak tersebut karena seseorang yang sudah sangat tua seperti ia masih memperhatikan kebersihan lingkungan, tapi kenapa kita tidak?.
Bace Selengkapnye....

SENYUM TERAKHIR

Oleh: Matius Satjiki

Jumat (8/4/2011) Pukul 8:23 WIB, HP berdering kencang, mata yang masih terpejam berusaha mencari bunyi nyaring yang ada di atas kepalaku. Dengan perlahan mataku milai tersedikit terbuka walaupun masih sedikit memaksa, perlahanku angkat HP yang berdering terus, akupun tersentak, terdiam dan tidak menjawab. Mata yang masih kering, sudah terbuka dan tidak berkedip meneteskan air yang berwarna bening.

Pagi itu cuaca sangat cerah, udaranyapun begitu dingin, jadi aku putuskan untuk bangun agak siang apalagi semalam ngembun bersama satpam dan hari jumatpun aku tidak ada kuliah. Sekitar jam 8:23 WIB HP BBku berdering terus menerus, meskipun aku mendengar suara deringan yang yang terus menerus berbunyi, tapi rasanya begitu enggan untuk mengangkatnya apalagi dengan mata yang masih terpejam dan masih sangat ngantuk. HP berdering tersus memaksaku untuk mengangkatnya, dengat mata yang masih teerpejam aku mulai berlahan-lahan membuka mataku, meraba pipiku, menggelengkan kepalaku dan barulah aku mengangkat HP yang masih berdering sejak tadi. Perlahan aku mengangkat dan menjawab halooo………. Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan, mata yang tadi masih mengtuk tiba-tiba enggan untuk berkedip lagi, aku terdiam dan merasa sangat sesak. Cuaca yang tadinya cerah terlihat mendung bagiku.

Mataku meneteskan air yang berwarna bening, semuanya terasa hampa, benar-benar hampa, kusandarkan badanku yang masih lemah kedinding, kupejamkan mataku dengan air jingga yang terus menerus mengalir, dan tanpa berpikir lagi aku cuci mukaku dan dengan bergegas aku ke Rumah Sakit Antonius. Setibanya di sana aku melihat paman, bibik, dan sepupuku semuanya terdiam, tidak ada yang berbicara hanya air jingga yang bisa menjawab kedatanganku, air matakupun jatuh, bukan karena aku marah kerena tidak ada satupun yang mahu berbicara kepadaku, karena sosok yang yang terbujur kaku yang sudah tidak bisa menjawab pertanyaanku. Kek………, kakek kenapa? Kenapa kakek diam? Ayooo jawab kek? Aku terus bertanya sambil meneteskan air mata. Sepupuku mulai merengkul melihat aku yang terus bernya dengan sosok yang sudah terbujur kaku, aku tidak bisa menerima semua kenyataan yang baru saja aku alami, padahal liburan yang lalu dia masih bisa tersenyum setiap kali aku menyuruhnya untuk bercerita.

Dua hari sebelum meninggal, Dokter telah mengatakan kepada kami bahwa magh yang diderita almarhum kakekku (Stepanus) telah kronis akibatnya lambung almarhum bocor dan harus dioperasi sesegera mungkin. Semalam setelah operasi almarhum belum sadarkan diri, persaan cemas terus menghantui kami. Sekitar pukul 5:30 dokter mengabarkan kepada bibik dan paman yang sedang berada di hostel bahwa kakak telah tiada. Paman pun lansung menelpon semua keluarga termasuk aku, 10 kali panggilan tak terjawab dari paman.

Sekitar pukul 9:45 WIB bibikku yang paling bungsu baru berangkat dari Jogja menuju Pontianak. Sambil menunggu kedatangan bibik, kami mencarikan peti yang sesuai dengan almarhum kakek. Ketika melihat peti yang tersesun dengan rapi, dengan berbagi bentuk dan corak warna akupun berpikir kelak kita semua akan dicarikan peti seperti saat kita mencarikan peti. Sekitar sejam kemudian bibikpun sampai, suara tangispun mulai terdengar dan air matapun mulai tidak terbendung lagi, saat hening tadi berubah menjadi saura tangis yang memilukan.

Saat almarhum kakek dimasukan ke dalam peti, aku memegang kakinya, kaki yang sudah terbujur kaku dan begitu dingin. Saat petinya mahu dimasukan ke dalam ambulance, aku berusaha ikut mengangkat peti yang berwarna puti yang bertuliskan “ Setiap Orang Yang Percaya Kepadaku Dia Akan Bangkit” karena hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya. Detik-detik keberangkatan ambulance yang akan membawa almarhum ke Merakai membuatku sadar bahwa semua orang yang hidup di bumi ini harus siap kapanpun jika dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Kepergianmu dari duniaku menyisakan kenagan yang begitu berarti bagiku, banyak hal yang telah kau ajarkan kepadaku, aku tidak akan bisa membalas segalanya darimu hanya doa ku yang akan mengiringi langkahmu. Amin.

Bace Selengkapnye....
Minggu, 10 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

Produk Handphone Produk Cina Mengalahkan Produk Handphone Luar Negeri Lainnya

Oleh: Syarif Yandi

Cina adalah satu di antara negera yang terpuruk miskin dahulunya, tetapi dengan keseriusan rakyat mereka untuk bertarung dengan ekonomi yang ada di dunia kini mereka membuktikan bahwa negara mereka juga tidak kalah saing untuk menciptakan barang dengan teknologi tinggi yang mereka punya. Dengan cara itu mereka mengangkat dan mengharumkan nama bangsa mereka yaitu bangsa negara Cina.

Mungkin sekarang handphone jenis blackberry sudah tidak asing lagi bagi kaum muda untuk memilikinya, bahkan anak SD pun sudah ada yang mempunyai handphone berjenis BB alias blackberry tersebut. Tidak lama nama blackberry itu naik di bursa teknologi dunia, Cina menciptakan blueberry, handphone plagiat dari blackberry itu hadir dengan harga yang murah dibandingkan dengan blackberry kualitasnya, kecanggihannya, keunikannya, dan kemudahannya pun tidak kalah saing dengan handphone blackberry tersebut.

Harga murah dan kelebihan yang blueberry punya itulah yang menjadikan permintaan atau konsumen pengguna handphone melambung tinggi. Kaum muda sekarang berpikir lebih baik membeli handphone murah daripada handphone mahal apalagi bentuk blueberry itu sama persis dengan blackberry dan mereka akan berfikir sisa uangnya akan dibelikan atau digunakan untuk keperluan lain. Panggil saja Badri, satu di antara pengguna blueberry (mahasiswa STIMIK) ini mengatakan “ saya membeli bluberry, karena murah dan bentuknya sama persis dengan blackberry dan yang paling penting sekali tersedia aplikasi facebook atau jejaring sosial yang telah menjamur itu dan memudahkan saya menggunakan aplikasi tersebut”.

Pitra mahasiswa fakultas ekonomi UNTAN mengeluh dan mengatakan “ Saya menyesal membeli blackberry, karena banyak tiruannya yang tidak kalak saing juga kualitasnya apalagi harganya yang murah, jadi sisa duitnya bisa saya simpan”.

Setelah blueberry, handphone bureberry diciptakan lagi untuk menambah seri handphone terbaru buatan Cina yang kecanggihannya tidak diragukan lagi, permintaan konsumen pun semakin lama semakin banyak. Jenis apa lagi handphone produk Cina yang siap membanting produk-produk handphone buatan negara lainnya. Semoga saja ketatnya persaingan itu membuat dunia ini semakin baik dan membuat orang berpikir atau bersaing secara positif.

Bace Selengkapnye....
Selasa, 05 April 2011 | By: Menulis Itu Mudah....

AKU DAN KEHIDUPANKU

Oleh: Fitri Wahyuni

Aku dan teman-teman ku yang setiap tahun terpaksa harus melakukan kewajiban kami dan direpotkan oleh kawajiban itu mau tidak mau kami jalani, maklum jatah menempati rumah hanya satu tahun habis itu pindah lagi menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan baru kami, sempat susah saat mencari rumah baru kami pasalnya selera kami yang berbeda-beda karena ada lima kepala yang perlu ditanya saat ingin mengontrak rumah, sempat ada yang bergurau karena sudah lelah mencari rumah katanya ingin mengatapi kuburan cina dan macam-macam lagi, pada saat melihat rumah gagal lagi karena kamar cuma dua otomatis karena kami mencari rumah yang tiga kamar jadi batal lagi. Lelah benar-benar melelahkan sungguh susah hidup di kota, berpencar mencari kontrakan kesana kemari dapat rumah saat ditelepon rumahnya kemahalan, tidak ada garasi, pagar, ini itu sehingga tidak terasa hari berganti hari masa selesai kontrakan dirumah lama sudah dekat, dan kami juga tidak bisa menyambung dirumah lama karena rumah tersebut ingin dijual, yah jatuh lah talak tiga dan harus menepati rumah baru ku kini .

Ini bulan keempat aku menempati rumah baru kami di Jalan Dr. Wahidin S, rumah yang sederhana dan terdapat tiga kamar ini merupakan tempat aku bersandar dan melepas kelelahan serta kepenatan aku saat lelah, habis menempati rumah yang lumayan mewah dan besar tahun lalu kini rasanya agak cangung dan sempit pasalnya tahun lalu kami mengontrak rumah berlantai dua dan besar terdapat lima kamar, dilantai dasar terdapat dua kamar dan dilantai dua terdapat tiga kamar, kamar aku dan teman ku yang dulu pun lumayan besar tersedia lemari besar dan kasur yang empuk serta lengkap dengan WC tetapi itu dulu sekarang sungguh jauh berbeda aku tinggal dirumah yang sederhana dan sedikit menyeramkan karena didepan rumah kontrakan kami kini terdapat kuburan. Lengakap sudah penderitaan ku, saat yang melelahkan harus pindah-pindahkan barang bersih-bersih rumah baru yah tapi begini lah hidup dari pada tinggal dijalan masih mending ada rumah orang yang bersedia dikontrakan. Ini yang ketiga kalinya aku pindah rumah selama aku kuliah, pertama aku masuk kuliah aku dan abangku tinggal ditempat keluarga tetapi karena rumah keluarga ku harus dijual jadi aku dan abangku mencari sanak saudara yang

sama-sama dari daerah kami untuk mencari kontrakan jadi sepakat lah kami untuk mengontrak,dan sampai sekarang hanya satu yang tidak bergabung bersama kami lagi dan tinggal lah kami berlima yang tinggal di perumahan keluarga anak rantau hulu.

Saat pertama-tama ingin pindah aku merasa keberatan karena aku takut di depannya ada kuburan tetapi mau tidak mau karena kami tidak punya banyak waktu lagi karena tanggal 25 Desember harus angkat kaki dari rumah lama, jadilah aku warga baru di kompleks Batara Indah yang tidak jauh dari rumah lama dulu, hanya berbeda bloknya saja sekarang kami tinggal diblok D-E, ada lagi penderitaan yang harus kami tanggung di kompleks kami tidak ada air PDAM mengalir kerumah sebenarnya ada tetapi menurut informasi dari tetangga sudah berapa tahun tidak mengalir kurang lebih sekitar lima tahun begitu air tidak mengalir dan kami hanya menggunakan air sumur yang hitam dan bau untuk mandi, terkadang aku menumpang mandi dan mencuci dirumah kawan ku. Tetapi mungkin dewi keberuntungan lagi berpihak kepada kami karena penderitaan itu hanya berlangsung selama satu bulan lebih setelah itu air ditempat kami pun mengalir tepatnya diakhir bulan Februari karena kami menempati rumah pada bulan Januari jadi tidak terlalu lama kami merasakan penderitaan tidak adanya air bersih.

Tinggal tahap penyesuaian diri kepada tetangga dan lingkungan sekitar, untung saja lah tetangga yang berdakatan dengan rumah kami baik dan ramah jadi sekarang kami sudah tidak canggung lagi bahkan sudah seperti keluarga terkadang kami memberi meraka oleh-oleh khas dari Kapuas Hulu yaitu kerupuk kering dan ikan asin, begitu pula mereka juga tidak sungkan-sungkan memberi makanan kepada kami dan meminjam motor terkadang menitipkan rumah kepada abang-abang ku, bahagia juga tinggal dilingkungan baru ini merasa lebih ada keluarga berbeda dengan lingkungan rumah kontrakan kami dulu, kami tidak terlalu dekat dengan para tetangga tetapi pernah juga Ibu di depan rumah kami memberi makanan pada saat lebaran Idul Adha tetapi kedekatan kami tidak terlalu nampak berbeda dengan lingkungan baru kami sekarang kami sudah seperti orang yang sudah kenal lama. Bila sore terlihatlah anak-anak bermain di lapangan bulu tangkis di depan rumah Kami yang berdekatan dengan kuburan cuma kuburannya ditutup dengan tembok tinggi makanya aku tidak terlalu takut juga karena tidak kelihatan dan sore aku pun mulai santai diteras rumah melihat anak-anak bermain sambil mengenang masa kecil ku dikampung dulu begitu indah dan tidak ada beban, tetapi dibalik semua ini aku mendapat makna kehidupan yang luar biasa tentang arti hidup.

Bace Selengkapnye....